Memperkenalkan Blog tentang SEO (Search Engine Optimization), Bernama DailySEO ID

Lewat tulisan ini, saya ingin memperkenalkan blog saya yang baru: DailySEO ID. Ini adalah blog saya yang kesekian, mudah-mudahan blog ini bisa sukses dan bermanfaat, setelah beberapa blog saya sebelumnya sudah vakum bahkan mati, termasuk blog pribadi ini :D.

Apa sih DailySEO ID?

DailySEO ID adalah blog/media online yang khusus membahas hal-hal seputar SEO (Search Engine Optimization), dalam Bahasa Indonesia, update setiap hari.

DailySEO ID memiliki konten yang ditujukan bagi praktisi (dan calon praktisi) SEO, sebagai wadah berbagi ilmu dan meng-update wawasan seputar dunia SEO. Juga bagi pengambil keputusan bisnis, seperti business owner, CEO, CMO, atau marketing manager, agar bisa melakukan investasi yang tepat lewat SEO.

Kenapa saya membuat blog baru lagi? Dan kenapa topiknya SEO?

Singkat cerita, saya melihat di Indonesia belum ada blog yang punya authority untuk menulis tentang topik-topik seputar SEO. Kalau di luar negeri, sudah ada web seperti Search Engine Journal dll. Dan kenapa SEO, karena saya memang seorang praktisi SEO, dan suka

Baca lebih lanjut postingan perkenalan DailySEO di blog-nya langsung.

Sekilas perjalanan saya ngeblog

15 tahun lalu, tahun 2006, saya membuat blog pribadi saya untuk pertama kalinya (ilmanakbar.com). Setahun setelahnya, tahun 2007, dengan semangat ngeblog yang meluap-luap, saya membuat 2 blog lagi:

  1. anakUI.com, media komunitas unofficial kampus Universitas Indonesia. Sampai sekarang, anakUI.com masih ada dan masih aktif di-update.
  2. Ayo ngeBlog!, blog untuk mengajak orang lain ngeblog juga. Blog ini sempat sangat aktif hingga sekitar tahun 2009, walau akhirnya punah juga.

Semangat ngeblog alias menulis saya sempat naik turun, dan sudah sering banget sama hiatus alias hibernasi menulis. Tapi dari tulisan di blog, alhamdulillah saya bisa mendapat kesempatan membuat dua buah buku.

Tahun 2014, saat saya sedang semangat-semangatnya berkarier sebagai seorang digital marketer, saya membuat blog lain lagi, Damn! I Love Digital Marketing, yang sayangnya harus hiatus juga pada akhirnya.

Satu hal yang saya sadari dari perjalanan menulis saya, bahwa membuat blog sendirian itu adalah perjalanan yang melelahkan. Membuat blog itu harus berpartner dengan orang lain, minimal mengajak orang lain berkontribusi, atau menggunakan penulis.

Ruh sebuah blog adalah harus konsistensi tulisan baru, sehingga saat saya tidak bisa menulis blog, matilah blog tersebut. Agar saya tidak inkonsisten lagi (alias supaya konsisten haha), saya mengajak beberapa murid saya di program Advanced SEO RevoU untuk menjadi kontributor tetap blog ini. Selain itu, saya membuka kontribusi bagi teman-teman yang ingin menyumbang konten untuk DailySEO.

Inilah akhir postingan perkenalan blog baru ini, sekaligus update lagi di blog ini setelah 1,5 tahun haha.

Sejatinya, Kita Nggak Ngerti Apa-apa. Sungguh, Kita Nggak Ngerti (#IlmanKenaDBD – 1)

Kamis malam kemarin badan saya meriang. Jum’at siang serah terima jabatan, resmi jadi demam. Saya diberi resep awal vitamin dan parasetamol penurun panas oleh dokter di Grab Health. Juga dipesankan untuk cek darah 3 hari lagi untuk cek DBD atau tipes kalau kondisi tidak membaik.

Demam berangsur turun sepanjang Jum’at, tapi di Sabtu timbul mual, diare, mulut yang pahit, dan kepala masih pusing walau demam sudah hilang. Lapor ke dokter yang sama, diberi tambahan obat anti muntah dan bakteri baik. Dokternya bilang, ini bisa jadi tipes atau COVID, karena sama-sama ada gangguan pencernaan juga (saya sih tidak ada sesak ya).

Sabtu sore diare berhenti, hari Minggu badan sudah mulai enakan. Tersisa mulut pahit dan tetap tidak nafsu makan. Saya coba-coba diagnosa gejala diri sendiri berbekal artikel dari internet (note: sekarang artikel dari internet banyak ditulis/diverifikasi oleh Dokter, silakan diversifikasi sebelum percaya isinya).

Kesimpulannya: kayanya saya fix tipes nih.

Continue reading “Sejatinya, Kita Nggak Ngerti Apa-apa. Sungguh, Kita Nggak Ngerti (#IlmanKenaDBD – 1)”

They Said an “Ex-Unicorn” is Easy to Get a New Job. Yet It Took 3 Months and 36 Companies to Land My Next Job!

Photo Credit: Yves Sorge Flickr via Compfight cc

After graduating from my former employer Traveloka, my friends always said, “it’ll be easy to get your next job”, “all companies will look for you!”, “ex-unicorn status on CV will help you”, which I always replied casually, “amen/thanks/I wish so too”, as I considered that as a wish or prayer for me.

When I started my quest to find my next employer (aka job hunting), deep down in my heart I was expecting to prove that true. To prove that it would be easy to land my next job, since I had quite some experience in an Indonesian unicorn startup (5.5 years) out of my 10+ years of working experience. 

Boy, I was wrong, it still took me 3 months, with a total process of 36 companies (in various stages) to land my next job. 

This post will bring you to my 3 months story of finding my next job after Traveloka. I wrote this as the form of gratefulness, because finally I’m being employed again. 

Ultimately, I hope this experience will help you, job hunters, in finding who you are and finding the company that fits you. This article is intended for those who are in the technology industry like I am, but I hope it’s relevant for other industries as well. 

I’m going to share my story of:

Read on & cheers! Continue reading “They Said an “Ex-Unicorn” is Easy to Get a New Job. Yet It Took 3 Months and 36 Companies to Land My Next Job!”

I Closed Traveloka Chapter in My Life, and These are How it Changed My Life

After 5.5 years, I have to say goodbye to one very grateful chapter of my life, my professional life, as a Traveloka employee. This is a very late post, because my last day was back in April 15th, but I guess this is the needed time for me to move on to my next chapter in life =)

This post tries to summarize & shows my gratitude for all the blessings I had received during my longest tenure in my professional life, because I had the abundance growing & learning opportunities, had been living a good life for my family, had been opened new opportunities from my title as Traveloka employee, and found new hobby!

Continue reading “I Closed Traveloka Chapter in My Life, and These are How it Changed My Life”

Buku Terbaru Saya #Unstoppable Sudah Terbit

Cover Unstoppable: Berani Gagal, Berani Bangkit, Berani Sukses
Diberi endorsement oleh Rhenald Kasali, Yoris Sebastian, dan Ollie

Saya mau pengakuan dosa. Ada dua yang mau saya akui. Tapi di akhir tulisan ini saya mau bertobat dan melakukan sesuatu untuk menebus dosa tersebut.

Dosa pertama. Sudah enam bulan ini saya tidak update blog.

Dosa kedua. Saya sudah meluncurkan buku kedua saya akhir tahun lalu, tapi bahkan saya tidak umumkan di sini.

Benar-benar “dosa” besar ya. Membuat blog ini terbengkalai, serta bahkan tidak promosi buku yang saya tulis sendiri susah payah dua tahun terakhir. Jadi di tulisan ini, saya mau cerita tentang buku tersebut, dan “menebus dosa” ini dengan membuat giveaway buku ini, sekaligus lomba review, buat teman-teman semua. Baca terus ya!

Setelah buku pertama 101 Young CEO, alhamdulillah saya bisa menulis buku  kedua saya berjudul #Unstoppable: Berani Gagal, Berani Bangkit, Berani Sukses, yang terbit bulan Oktober tahun 2016 lalu.

Apa Sih #Unstoppable?

Saya yakin sekali kalau semua orang pernah merasa down karena mengalami kegagalan dalam hidup. Baik itu kegagalan dalam pekerjaan, relationship, bisnis, atau kegagalan secara umum. Buku ini berisi dari beberapa cerita orang yang pernah merasakan gagal dan bangkit yang Alhamdulillah hidup mereka bahkan lebih baik lagi.

Kisah gagal dalam buku ini dibagi menjadi beberapa bagian. Seperti kisah kegagalan dalam berbisnis dari beberapa pengusaha yang kadang mengalami kebangkrutan atau penipuan. Salah satu kisah yang bisa kalian baca di #Unstoppable adalah cerita Achmad Zaky, CEO dari Bukalapak.com. Continue reading “Buku Terbaru Saya #Unstoppable Sudah Terbit”

Tukang Ojek dan Setengah Gelas Starbucks

My chai!

Kemarin pagi, saya hampir terlibat perkelahian, saat tukang ojek langganan beradu mulut dengan supir mobil boks.

Continue reading “Tukang Ojek dan Setengah Gelas Starbucks”

Saya Diwawancara tentang “Start Small” di Video Ini

https://youtu.be/cRR9SpCULXE

Saya diwawancarai oleh Derry di video series YouTube nya yang namanya Odyssey (Obrolan dengan Derry Seputar Inspirasi).

Saya cerita tentang start small, gimana ceritanya dari ngeblog saya bisa nulis buku.

Dan di video ini, saya buat giveaway untuk membagikan buku terbaru saya yang judulnya #Unstoppable Berani Gagal, Berani Bangkit, Berani Sukses, GRATIS!

Caranya gimana untuk dapat buku #Unstoppable gratis?

Tinggal share aja link video di atas di Facebook kamu, kasih hashtag #Unstoppable dan #DerryOdyssey. Nah yang like, comment, dan reshare nya paling banyak, itu yang menang.

Ditunggu sampai hari Minggu ini 23 Oktober 2016 ya!

Tukang Ojek

5035393713_3bb9bf0c23_b
Tukang ojek pangkalan (ilustrasi) (foto CC/Mike Vidal) 

Saya punya ojek pangkalan langganan di seberang kantor. Saya biasa naik mereka untuk menuju Stasiun Tanah Abang, dengan ongkos Rp. 15.000. Di tengah serbuan ojek online, mereka masih setia jadi ojek pangkalan. Kita saling mengenal, saya hampir kenal nama mereka semua karena memang cuma ada 5 orang.

Sesorean di suatu hari di September, hujan turun sangat deras di sekitar kantor. Dari lantai 21 tempat saya bekerja, saya tidak bisa melihat apapun saking derasnya. Beruntung, saat maghrib hujannya berhenti, sehingga saya bisa pulang.

Seperti biasa, ojek langganan sudah menanti. Saya naik salah satu dari mereka, biasanya dipanggil Arul atau Nasrul. Dia termasuk yang paling seiring saya tumpangi, dan sambil 5 menit perjalanan itu kita memang biasa ngobrol tentang anak dan keluarga. Saya tahu anaknya masih 2 tahun, rumahnya di belakang pangkalan ojek, mertuanya tinggal di Kampung Melayu, dan dia punya sakit maag akut.

Sore itu, dia cerita, “bro, dari jam 4 tadi kita keluar, gw baru pecah telor nih sama lo. Karena hujan tadi jadi kita ga bisa narik. Baru Pak Udin, gw, dan Wai yang udah pecah telor. Si A & B (tiba2 saya lupa namanya) belum sama sekali.”

Deg. Gusti, karena hujan tadi, mereka jadi ga bisa narik dan dapet penghasilan. Di sisi lain, gw bisa kerja dengan nyaman meski hujan atau panas sekalipun. Bahkan kalau saya tidak bekerja karena cuti atau sakit, saya masih bisa dapet gaji.

Saat turun, saya kasih dia selembar 20 ribu, sambil bilang, “bro, makasih yak. Ini kembaliannya ambil aja, mudah-mudahan dapet yang lebih banyak nanti.”

Saya ingat tatapan matanya menunjukkan kekagetan yang sangat, tapi sekaligus bahagia. Tatapan yang ga bisa saya lupakan, yang membuat saya merasakan dalam hati, “semoga Allah menguatkan punggung kita berdua ya bro, karena kita sama-sama berjuang nyari nafkah halal buat anak istri kita.”

Sebuah tatapan yang membuat saya amaaat bersyukur.

Jika kamu saat ini punya kemampuan atau pengetahuan yang bisa menghasilkan uang tanpa harus terhambat cuaca, bersyukurlah. Karena di luar sana ada mereka yang tidak bisa menghidupi anak dan istrinya saat hujan deras menerjang.

Bersyukurlah atas apapun yang kita miliki saat ini, karena di luar sana ada orang yang ingin merasakan seperti apa rasanya seberuntung di posisi teman-teman.

Photo Credit: Mikel Vidal via Compfight cc

Mengapa Mark Zuckerberg & Steve Jobs Pakai Baju yang Itu-itu Saja? Dan Mengapa Lampu Teras Rumah Saya Bisa Nyala/Mati Secara Otomatis?

2016-09-21-09-18-59

Mark Zuckerberg, si empunya Facebook itu, pusing memakai baju apa di hari pertamanya bekerja setelah tiga bulan cuti kelahiran anaknya.

Mendiang Steve Jobs, pendiri Apple, di banyak kesempatan presentasi di depan publik, terlihat hanya memakai baju yang itu-itu saja: kaos turtleneck lengan panjang, blue jeans, dan sepatu kets.

steve-turtleneck

Sekilas, mereka terlihat sangat membosankan bukan, menggunakan baju yang sama setiap hari?

Tapi apakah teman-teman tahu, bahwa keputusan kecil mereka menjadi “membosankan” itu adalah cara mereka menyimpan tenaga otak mereka untuk mengambil keputusan lebih besar bagi bisnis mereka?

Setiap pagi, salah satu keputusan yang biasanya kita ambil adalah, “saya harus pakai baju apa buat ke kantor/kampus hari ini ya?”, iya kan?

Waktu 5-10 menit untuk memikirkan jawaban di atas (belum dandannya) yang dihabiskan setiap hari, memakan tenaga otak kita. Padahal ini bukan keputusan yang benar-benar signifikan dalam hidup kita.

Bayangkan kalau kita bisa mengurangi tenaga otak kita untuk menjadikan hal-hal kecil diputuskan secara “tanpa berpikir”, kita bisa mengambil keputusan besar nan signifikan dalam hidup kita.

Dan jalan itulah yang diambil Mark Zuckerberg & Steve Jobs, juga banyak orang sukses lainnya. Habis mandi pagi, buka lemari baju, langsung ambil baju apapun di lemari (karena cuma ada itu wkwkwk), berhasil menghemat tenaga otak mereka untuk mengambil keputusan yang besar dan bermanfaat bagi banyak orang.

Facebook, dengan miliaran pengguna di seluruh dunia, membeli WhatsApp & Instagram. Kini dengan inisiatif Internet.org nya Facebook mencoba memberi akses Internet ke negara-negara tertinggal. Apple, terkenal dengan inovasi produk iPhone & Mac nya, mengubah dunia karena kemudahan penggunaan produknya.

Hal itulah juga yang coba keluarga kami terapkan di rumah.

Istri saya memutuskan untuk memanggil bantuan asisten rumah tangga pulang-pergi untuk mengurus cucian baju, cucian piring, dan lantai rumah.

Hasilnya, ia tidak dipusingkan dengan pekerjaan domestik sehari-hari. Istri saya pun bisa kreatif membuat banyak mainan untuk anak kami, juga membuat aneka masakan bagi anak bayi kami.

Karena baju saya sudah rapih disetrika oleh ART, setiap pagi sesudah mandi saya pun tidak pusing lagi cari-cari baju mana yang sudah rapih dipakai ke kantor. Saya tinggal ambil kemeja apapun di gantungan, menghemat waktu persiapan berangkat kerja si pagi hari.

Hal kecil lainnya di keluarga kami adalah kami sudah tidak pernah lagi menyala matikan lampu teras rumah setiap pagi dan sore. Karena pekerjaan kecil dan membosankan ini sudah dikerjakan oleh sensor lampu otomatis.

Dengan harga hanya 100 ribu rupiah untuk 3 buah lampu, kami setiap hari tidak perlu memikirkan lagi apakah lampu sudah dinyalakan atau dimatikan. Kami bisa fokus main sekeluarga, hal yang lebih besar dibandingkan sekedar mengurus lampu.

Jadi, hal-hal kecil apa yang pengambilan keputusannya sudah kamu kurangi? Lalu apa hasil besar yang kamu dapatkan setelahnya?

Perjalanan Saya Belajar Menuju Lancar Berbahasa Inggris

27165733830_c6c7151daf_b_d

Saat saya kuliah di program S1 Reguler Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, ada program khusus Kelas Internasional. Peserta program ini kuliah sekian semester di Indonesia, lalu dilanjutkan di University of Queensland Australia. Karena mereka dipersiapkan untuk kuliah di luar negeri, perkuliahan mereka dilakukan dalam bahasa Inggris.

Saat itu, tahun 2005, saya merasa wow banget dengan mereka, anak-anak Kelas Internasional yang bisa cas-cis-cus berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Saya sendiri merasa cukup minder, karena memang tidak punya kemampuan bahasa Inggris seperti itu.

Fast forward 11 tahun kemudian ke tahun 2016, alhamdulillah saya sudah tidak merasa minder lagi. Kini, setiap hari saya berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan rekan-rekan kerja lewat chatting atau email, melakukan rapat atau presentasi dalam bahasa Inggris. Alhamdulillah, perjalanan bertahun-tahun belajar bahasa Inggris kini membuahkan hasil. Saya bisa bilang saya punya professional working English fluency, walaupun tidak pernah pergi ke luar negeri atau bekerja di perusahaan asing.

Di tulisan ini saya mau melakukan refleksi diri untuk mencatat progres saya belajar bahasa Inggris, sekaligus mencatat area yang saya masih belum kuasai, dan masih kerja keras menguasainya. Continue reading “Perjalanan Saya Belajar Menuju Lancar Berbahasa Inggris”

%d bloggers like this: