Keluarga Kecil++ Holiday: Sukabumi Adventure

Alhamdulillah, liburan panjang semester ini tidak berlalu begitu saja tanpa ada sesuatu yang berkesan dan menandai itu liburan. Alhamdulillah di sela-sela kesibukan Kerja Praktek (KP) ini, gw bersama-sama teman-teman Keluarga Kecil BPH BEM Fasilkom plus-plus bisa ngadain team building lagi, menyatukan ikatan kekeluargaan kita, sekaligus berlibur, plus break sejenak dari rutinitas sehari-hari yang semakin lama semakin menjemukan.Dua hari tersebut, bertepatan persis dengan (liburan) Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-63, yaitu 17-18 Agustus 2008, Keluarga Kecil plus-plus (terdiri dari Ilman, Sidik, Meri, Agung, Zahra, Dhiemas, Rama, Toni, plus Ikhlas sebagai tuan rumah, dan plus Teguh Brillian) pergi bareng-bareng ke Sukabumi, berkemah, dan berpetualang di kebun teh dan naik gunung menuju air terjun. Nama tempat tujuan kita kemah itu adalah PH, singkatan dari Pondok Halimun. Air terjunnya namanya Curug Cibeureum. Alhamdulillah liburan kita ini sangat seru, berkesan, dan yang pasti, unforgettable! Ini dia cerita lengkapnya.

Kita janjian di Terminal Depok pukul 05.00, karena ingin mengejar Bus AC Depok-Sukabumi yang jadwalnya berangkat pukul 05.30. Rama dateng paling pertama (dan tepat waktu!) di terminal, disusul berturut-turut oleh Meri, gw dan Sidik yang berangkat bareng dari rumah gw, Zahra ~ yang sempet nggak dipercayai ibunya kalo mau pergi bareng-bareng, lalu Dhiemas dan Toni yang berangkat dari rumah Zebew, dan Teguh. Sampai pukul 06.00, kita masih menunggu personil terakhir yang bisa ikut, yaitu Agung. Sampai busnya menjelang berangkat pukul 6 lewat 15, Agung belum dateng-dateng, sampai-sampai kita bilang ke supir dan keneknya kalo masih ada satu orang lagi yang ditungguin. Dan setelah Agung tiba hampir pukul 06.30, busnya pun berangkat.

Nggak banyak yang terlalu seru di perjalanan berangkat, selain kita ngobrol-ngobrol berisik. Padahal bisnya penuh sama penumpang di belakang, tapi kita serasa naik bis sendiri, karena enak aja ketawa-ketawa dan ngobrol-ngobrol tadi. Perjalanan berangkat alhamdulillah lancar, meskipun di tengah jalan sempet 3-4 kali terjebak macet karena ada upacara bendera di lapangan di pinggir jalan. Dalam waktu sekitar 3 jam kita pun sampe Sukabumi.

Baru sampe di Sukabumi

Baru sampe di Sukabumi

Sesampainya di Sukabumi, kita langsung nurunin barang dan duduk warung di pinggir jalan, menunggu penduduk setempat (native people), yaitu Ikhlas Purwanto 😀  sampai di terminal, dan sambil ke WC Umum juga. Setelah semuanya siap berangkat, beberapa dari kita merasa lapar karena belum sarapan karena berangkat yang terlalu pagi tadi. Akhirnya kita pun berjalan menjauhi terminal, mencari tempat makan. Setelah sekitar 200-300 meter berjalan, kita pun menemukan restoran padang yang, dikirain mahal karena tempatnya bagus, ternyata cukup murah! Dengan 9000 rupiah saja, kita udah dapet satu (hmm, bahkan bisa diitung satu setengah dari restoran di Jakarta) porsi nasi padang lengkap dengan lauk dan sayurnya.

Oh iya, selagi kita makan di restoran padang (restoran padang rasa sunda, kalo kata Agung), Ikhlas ngebantuin kita nyari carteran angkot menuju PH. Tadi setelah Ikhlas baru deteng, sempet sih bareng Ikhlas kita nyari carteran di deket terminal, tapi karena kita terlihat sebagai orang Jakarta, abangnya minta mahal banget, 75 ribu! Padahal Ikhlas bilang, ibunya aja biasa nyarter 25 ribu aja. Kembali ke saat kita makan tadi, setelah kita makan, angkot yang dicarter Ikhlas dateng, dengan ongkos hanya 40 ribu! Kita pun langsung masuk-masukin barang ke angkot, lalu bergeraklah kita menuju PH. Cuma sekitar 15-20 menit, kita pun sampai di PH, dan segera naik menuju lokasi kita kemah.

Di dalam angkot carteran menuju PH

Baru sampe di tempat kemah

Setelah bayar 5000 rupiah untuk retribusi masuk camping ground, kita pun segera nyari lokasi yang enak untuk ngediriin tenda: tempatnya cukup luas, deket sumber air, dan terpencil (bukan jalur orang lewat). Setelah dapet, kita pun bergotong royong ngediriin 3 buah tenda (2 buat cowok, 1 buat cewek), menggelar terpal, dan merapikan barang-barang. Setelah tenda berdiri dengan kokoh, sekitar pukul 13.00 (kalo nggak salah), kita pun sholat dzuhur berjama’ah di terpal. Setelah sholat, ngobrolin sedikit apa rencana kita sampai besok pulang, kita pun bersantai ria melepas lelah dengan bermain kartu berjama’ah alias rame-rame. Masuk waktu Ashar, tentu saja sholat asharlah kita, dilanjutkan dengan masak nasi buat makan malem.

Ngediriin tenda, dan istirahat abis capek ngediriin tenda

Nggak lupa sama Allah SWT. Dhiemas kok ketawa, dan Meri kok senyum-senyum?

Di sore hari yang cerah tersebut, kita pada nyebar dari tenda: Meri dan Zahra jalan-jalan, Rama dan Teguh masak nasi sambil main kartu (jangan dibayangin tangan kiri megang kartu dan tangan kanannya megang centong untuk ngaduk nasi. Tuh kan, dibilang jangan dibayangin kok masih dibayangin! =P), Agung, gw, Sidik, dan Dhiemas nyari dan merapikan kayu bakar untuk bikin api unggun malam nanti, Toni dan Ikhlas pergi ke rumah Ikhlas untuk mengambil beberapa barang yang belum dibawa (lampu untuk malam hari, golok untuk memotong kayu, lilin, dan garam untuk sekeliling tenda). Oh iya, saat itu kita masak nasinya 2 kloter. Karena kita masih ngira-ngira berapa takaran beras yang cukup untuk 10 orang, kita pun nggak pas nakernya pas masa kloter pertama. Sisa kekurangan nasinya dilengkapi di masak nasi kloter kedua.

Duh, mesranya yang lagi masak nasi! 😀

Pasukan pencari kayu bakar (plus Dhiemas)

Maghrib datang, langit pun semakin gelap. Kita sholat maghrib jama’ isya di kegelapan malam, karena Ikhlas dan Toni belum kembali. Alhamdulillah, nggak lama kemudian mereka pun datang membawa tambahan perlengkapan.. Kita pun segera membagi tugas lagi: Zahra, Meri, Teguh, dan Rama masak makanan pertama: sarden! Agung, Toni, Dhiemas, dan Ikhlas menghancurkan garam batu menjadi serbuk untuk ditaburi di sekeliling tenda (mencegah hewan-hewan iseng masuk tenda). Setelah sarden kita siap, kita pun makan dengan nikmat dan hangat, duduk melingkar di atas terpal.

Makan malam.. Hmm.. sedapnya!

Setelah makan, piring-piring segera dibersihkan, dan api unggun pun mulai disulut. Setelah api unggunnya mulai menyala stabil, kita ber-10 pun duduk melingkar berbagi kehangatan, mengelilingi api unggun. Ditemani cahaya bulan purnama tanggal 16 Sya’ban, kita ber-10 saling bergantian bercerita masing-masing tentang diri kita, tentang kisah kita yang tak terlupakan, kisah kita yang inspiratif, kisah saat kita berada dalam kondisi paling hancur, dan bahkan ada yang cerita yang agak seram. Bergantian, kita saling bercerita, saling mendengarkan, saling menambahkan, dan tanpa kerasa, kita udah meningkatkan ikatan hati dan kepercayaan antar kita, karena menceritakan tentang diri kita itu artinya memberikan kepercayaan kita kepada orang lain. Dari semua yang masing-masing kita ceritakan, itu benar-benar hal yang baru kita ketahui! Ada cerita yang bikin tertawa, ada cerita yang memotivasi kita untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi, ada cerita tentang cinta, ada cerita yang menambah keimanan kita, dan ada cerita yang membuat kita mengingat kematian. Jika kita bareng-bareng tidak berada dalam kondisi seperti itu, tidak mungkin kita bisa mendengar cerita ini dari Keluarga Kecil++. Sungguh, malam dimana kita cerita bareng-bareng itu, adalah salah satu malam paling berkesan dalam hidup gw.

Curhat mengelilingi api unggun, ditemani cahaya bulan purnama

Selesai kita saling bercerita, malam sudah semakin larut, mungkin sudah berganti hari bahkan, kita pun masuk ke tenda masing-masing, dan bersiap untuk istirahat. Tadinya sih, karena jumlah boys-nya lebih banyak dari jumlah girls-nya, kita pengen ada “boys talk”, dimana kita ngobrolin hal2 yang “boys only”. Tapi karena udah terlalu ngantuk, akhirnya “boys talk”-nya pun sekedarnya saja sebelum tidur di masing-masing tenda, dengan cerita misteri jadi topiknya. Akhirnya semuanya pun tertidur kelelahan.

Paginya, kita bangun antara pukul 04.00 – 04.30, lalu sholat subuh berjama’ah. Selesai sholat, sambil nunggu matahari lebih tinggi lagi, Toni dan Teguh tidur lagi di tenda, dan sisanya ngobrol2 di terpal, sambil nungguin masak nasi untuk sarapan pagi. Setelah agak terangan, kita pun segera masak nasi goreng bareng-bareng, dengan bumbu nasi goreng instan, juga ada yang ngebersihin terpal.. Kita pun makan bareng-bareng lagi, ngelingker di di terpal.. Hmm.. enaknya, sarapan pagi dengan nasi goreng, plus lauk teri-kacang yang dibawa Zahra.

Gotong royong bikin nasi goreng buat sarapan

Selese makan, semuanya langsung beres-beres dan packing, untuk menuju petualangan berikutnya. Barang-barang dimasukin ke tas, perlengkapan masak dan makan dirapiin, serta tenda dibongkar dan dilipat. Setelah semuanya beres dan rapih, kita pun segera bersiap untuk berangkat tea walk dan naik gunung menuju curug cibeureum.. Oh iya, kita juga ngerencanain gimana perjalanan kita sampai nanti siang menjelang pulang: Tenda dan terpal kita titipin di pos penjaga tempat kemah, tas masing-masing dibawa sendiri aja, biar naik gunungnya berasa, terus kompor dan bahan masakan harus dibawa karena kita masak dan makan siang di curug cibeureum, abis itu turun dan ngambil barang-barang, lalu segera pulang ke Jakarta sebelum sore.

Sebelum berpisah dengan tempat kemping

Ya sudah, kita pun segera bergegas pergi dari tempat kita ngediriin tenda (tanpa lupa foto perpisahan dulu), nitipin barang-barang tadi di pos, dan memulai tea walk dan naik gunungnya.. Kita berjalan menyusuri kebun teh nggak semuanya lewat jalan yang lazim yang dilewati orang. Beberapa kali kita nyelip-nyelip, ngelewatin tengah-tengah pohon-pohon teh, dan mendaki lebih curam, untuk nghindarin lewat jalan orang yang agak lebih memutar jauh. Setelah beberapa menit berjalan, kita pun ngaso (istirahat) bentar di bawah pohon rindang di tengah-tengah kebun teh, ngelurusin kaki, dan mengisi tenaga dengan makan coklat punya Rama. Lanjut lagi, kita pun mulai masuk hutan, dan beberapa saat kemudian kita sampai di pos penjagaan sebelum mulai naik ke gunung menuju curug cibeureum. Setelah membayar biaya retribusi, petualangan sebenernya pun dimulai :D.

Sesaat sebelum masuk ke kebun teh dan di tengah-tengah kebun teh

 

Istirahat sebentar di tengah kebun teh

Kalo tadi pas kita ngelewatin kebun teh nggak ada halangan yang berarti, karena jalanannya tidak mendaki terlalu curam, sekarang kita harus mendaki lebih curam. Hmm, kalo dihitung-hitung kasar, mungkin derajat kemiringan kita mendakinya itu sekitar 45-60 derajat kali ya? Bener-bener bikin pegel kaki dan nafas sesak, karena udaranya tipis.

Istirahat di tengah-tengah perjalanan mendaki

Setelah jalan beberapa puluh menit ditambah beberapa kali istirahat, alhamdulillah, tujuan perjalanan kita pun sudah terlihat di depan mata! Curug Cibeureum, air terjun dengan ketinggian mungkin sekitar 50-80 meter, ciptaan Allah SWT yang Maha Suci, berdiri sangat anggun di tengah-tengah tumbuhan-tumbuhan hutan. Air sungai mengalir sangat kencang dari puncak air terjun ke sungai di bawahnya, menciptakan sensasi muncratan air dan arus deras yang sangat luar biasa!

Di sini, kita beristirahat cukup lama (ya iyalah, naiknya aja lama, masa mau turun cepet-cepet :D). Kita masak air panas, ngebuka bandrek yang dibawa Zahra dan Ikhlas (bandrek adalah minuman khas sunda, yang terdiri dari rempah-rempah), dan menghangatkan diri dengan minum bandrek tersebut. Lalu kita pun mulai masak nasi untuk makan siang (note: rencana kita, makan siangnya adalah nasi + mie). Nah, di tengah jalan, tiba-tiba api kompor mati. Oh, ternyata gas kaleng ini udah habis. Harus ganti kaleng gas, dengan gas cadangan yang dibawa (kita bawa 3 kaleng cadangan gas). Nah, ternyata, titik inilah yang membuat Keluarga Kecil++ Adventure ini lebih mengesankan! Baca terus ya!

Foto lagi, di deket air terjun

Karena kita nggak bisa masak di sini, kita pun segera mengubah rencana: segera turun, masak dan makan di bawah, lalu segera pulang. Kita pun segera sholat dzuhur jama’ ashar, lalu berkemas dan segera turun. Eh lupa, tentu saja kita foto-foto dulu di depan air terjun. Sebenernya awalnya pegen mandi-mandi dulu di sungai di bawah air terjun, tapi karena masalah tadi, kita pun memutuskan langsung turun aja. Perjalanan turun jauh lebih cepat dari perjalanan berangkat, karena kita cuma istirahat sekali, abis itu langsung tancap gas turun gunung.

Di depan Curug Cibeureum

 

Baru keluar dari gunung

Pas turun, kita sempet terpisah jadi dua rombongan: rombongan Sidik, Teguh, dan Dhiemas yang duluan, dan rombongan sisanya yang lebih belakangan. Rombongan kita baru gabung setelah keluar dari hutan. Abis itu langsung foto-foto lagi, dan segera turun menuju pos tempat kita nitipin barang-barang tadi. Kalo ga salah saat itu udah hampir jam15, kita sampe di pos, terus beristirahat, ganti baju, buka kompor, ngelanjutin masak nasi untuk makan siang. Saat kita masak ini, Agung dan Ikhlas pergi ke rumah Ikhlas untuk ngebalikin barang2 dari rumah Ikhlas, sekalian nyarter angkot, dan sekalian Ikhlas siap-siap (dia pulang bareng kita ke Jakarta).

Nah, proses masak nasi ini ternyata cukup lama, karena berkali-kali nasinya ditambahin air karena belum matang. Kita semua sampe sempet berronde-ronde main kartu nungguin makanan siap. Sebenernya, proses masak di pos inilah yang bikin rencana pulang kita terlambat jauh dari rencana awal, dan ngebikin Keluarga Kecil++ Adventure ini lebih seru! Hahaha, penasaran ya? Lanjut lagi..

Panci masak nasi, dengan Teguh dan Rama sebagai latar belakangnya

Kita baru selesai makan kalo ga salah sekitar pukul 17. Sebenernya ini udah lewat banget dari jadwal berangkat bis AC Depok-Sukabumi (bus yang sama kaya kita berangkat kemarin) yang jam 16.30, tapi kita berharap bisnya telat kaya kita berangkat kemarin. Kita buru-buru turun ke tempat parkir, dan alhamdulillah ga sampe 10 menit nunggu, Agung dan Ikhlas sampe dengan angkot carteran. Kita pun bergegas naik, dan angkotnya segera ngacir turun gunung menuju terminal Sukabumi. Di sinilah, bagian mengesankan itu dimulai.

Sesampenya di terminal Sukabumi pada pukul 17.30, kita semobil sempet bersorak gembira karena masih ngeliat bis warna MGI jurusan Sukabumi – Depok (itulah bisa yang kita naikin dulu). Kita pun buru-buru turun dan bayar carterannya, lalu mendekati bisnya. Ngerasa aneh, karena sama sekali nggak ada orang di dalem bus, Ikhlas pun masuk ke terminal, mengkonfirmasi status keberadaan bus Sukabumi – Depok ini. Ternyata, kekhawatiran kita benar. Bisnya sudah berangkat dari pukul 16.30 tadi, dan bus yang ini adalah bus yang berangkat besok pagi.

Kita semua sempet pusing di sana, mau naik apa kita untuk pulang ke Depok/Jakarta lagi. Saat itu, ada beberapa pilihan jalur sih: 1) Naik bis Ekonomi Sukabumi – Depok, tapi Ikhlas sangat tidak menyarankan ini. Jalannya sangat lama, bahkan bisa sampe 5 jam, terus nggak nyaman. 2) Naik colt (penjelasan detailnya bingung) sampai Baranangsiang Bogor, lalu naik angkot lagi sampe stasiun Bogor, dan naik kereta ke Depok/Jakarta. Colt ini biasanya jalannya ngebut. Masalahnya, sisi terminal dimana kita berada sekarang itu sama sekali nggak strategis buat nunggu colt (Colt itu nggak ngetem di terminal. Abis nurunin penumpang di Sukabumi, langsung nyari penumpang lagi untuk perjalanan berikutnya ke Bogor). Coltnya udah penuh dengan penumpang. Kita ber-10 aja udah hampir ngabisin tempat (kira2 colt itu isinya 14-15 orang), belum ditambah barang-barang bawaan kita.

Akhirnya, diputuskanlah kita untuk naik Colt. Karena coltnya penuh semua, Ikhlas menyarankan kita untuk berjalan dulu menuju alun-alun Sukabumi, karena di sanalah Colt yang dari Depok itu sampai dan menurunkan penumpang, sehingga insya Allah bakalan kosong. Belum jauh berjalan menuju sana, adzan maghrib pun berkumandang. Di tengah jalan, semuanya berhenti, dan sadar kalo kita terancam tidak bisa pulang ke Sukabumi hari ini. Kenapa? Karena kereta terakhir dari Bogor menuju Jakarta (sebenernya sih hanya sampai Stasiun Manggarai) adalah jam 21.00. Saat itu, waktu udah menunjukkan pukul 18.00 kurang sedikit. Kalau jalanan lancar, perjalanan colt sih hanya makan waktu 2-3 jam. Sayangnya, saat itu sudah sore, dan hari itu adalah hari terakhir liburan panjang 16-17-8 Agustus, sehingga dijamin banyak orang yang pulang kembali ke Jakarta/Bogor setelah berlibur di Sukabumi. Artinya, secara normal, kereta terakhir dari Bogor dijamin tidak akan terkejar.

Huff, saat itu kita bener2 dilema dan gambling banget, antara dapet kereta terakhir dari Bogor atau tidak. Akhirnya, berdasarkan saran Agung, diputuskanlah kalo emang kita bener2 ga dapet kereta dari Bogor, kita naik bus dari Bogor, atau paling buruknya kita carter angkot aja. Oke, akhirnya kita pun melanjutkan berjalan kaki menuju alun-alun tadi, sambil berharap-harap cemas apakah bisa sampe Bogor tepat waktu atau nggak. Sholat pun diputuskan untuk dijama’ takhir saja, karena kita sedang dalam kondisi dalam perjalanan (musafir).

Alhamdulillah, baru beberapa menit berjalan, tiba-tiba ada colt lewat, dan kosong! Kita pun segera menyetop colt itu, memasukkan barang2 di bagasi, dan segera naik. Di perjalanan, sebenarnya saya tertidur lamaaa sekali, tapi saya sempet beberapa kali tersadar dan merasakan perjalanan coltnya. Jalanannya sebenernya macet panjang banget. Kalo kita ngikutin antrian macet ini, dijamin kita ga bakal sampe di Bogor tepat waktu. Tapi alhamdulillah, kita naik colt yang sangat tepat! Colt-nya itu ‘gila’ banget, untuk nghindarin macet, dia jalan di sisi sebelah kiri (bukan jalan di aspal), dan ngebut melewati kendaraan-kendaraan yang mengantri.. Keluarga Kecil++ lainnya yang tidak tertidur mengatakan bahwa Colt tersebut emang bener-bener ‘gila’! Katanya, abis ngebut nyalip mobil dari kanan, tiba-tiba aja dia banting setir ke kiri ke sebelah kiri jalan untuk menyalip kendaraan-kendaraan yang macet itu.

Sesampenya di Bogor pukul 21.00 kurang (tuh kan, bener cuma 3 jam!), kita turun dari Colt dan segera menyetop angkot menuju stasiun Bogor, masih dalam kondisi tegang karena khawatir ketinggalan kereta terakhir. Sampe di Stasiun Bogor, kita langsung bergegas turun, jalan cepat masuk ke dalam stasiun, dan begitu masuk ke stasiun, ternyata…

… ternyata kereta terakhir ke Jakarta baru sampai di Stasiun Bogor! Alhamdulillaah.. We’ve made in on time! Langsung deh, segera beli karcis, naik ke atas kereta, dan huff.. alhamdulillah, kita baru bisa menghembuskan nafas lega! Jam 21.00 kurang sedikit, kereta terakhir itu pun bergerak menuju Jakarta, mengantarkan Keluarga Kecil++ yang tegang, lelah, tapi lega, juga seneng banget karena udah liburan bareng-bareng.. Toni turun di Stasiun Bojong Gede, Ilman dan Sidik turun di Stasiun Depok Baru, Zahra, Meri, Agung, Rama, Teguh, dan Ikhlas turun di UI, dan terakhir, Dhiemas turun di Tebet.

Di atas KRL. Huff, leganya masih dapet kereta

Mengesankan banget kan ya? Soalnya kita nggak ngebayangin sama sekali, kalo tadi kita jadi naik Bus yang ekonomi, mungkin kita baru sampe Depok tuh jam 23. Belum yang rumahnya di Jakarta yang harus nyambung lagi, bisa-bisa jam 24 baru sampe rumah. Juga nggak kebayang kalo kita naik Colt yang tidak tepat, bisa-bisa nasib kita sama, sampe di rumah lebih larut malam, dengan ongkos yang habisnya lebih banyak karena harus nyarter Bogor-Depok.

Alhamdulillah, Sukabumi Adventure Keluarga Kecil++ ini berjalan dengan sukses dan berkah.. Selain fisik kita jadi lebih sehat karena naik gunung + menghirup udara bersih, stress kita berkurang karena liburan yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga!!, kita juga jadi lebih dekat dan solid.. Dengan ini, berakhirlah petualangan kita, dan dengan modal ini, insya Allah kita siap melanjutkan amanah kita di BEM Fasilkom sampai akhir kepengurusan bulan Desember nanti. Alhamdulillah, bener-bener alhamdulillah.. Ini dia beberapa insight alias pencerahan yang saya dapet setelah Sukabumi Adventure ini:

  1. Memang benar, jika kita benar-benar ingin dekat dengan sahabat kita, lakukanlah perjalanan jauh bareng-bareng, atau menginaplah bareng-bareng. Dalam kondisi tersebut (yang bukan kondisi sehari-hari kita biasa bertemu dengan dia), biasanya sifat asli seseorang akan keluar dengan sendirinya. Dan kita pun harus menerima sifat-sifat tersebut apa adanya, dan belajar memahami dia.
  2. Untuk membangun sebuah tim yang solid untuk mencapai tujuan bersama, seorang pemimpin harus membuat rekan-rekan di timnya memiliki  rasa memiliki (sense of belonging) yang kuat terhadap anggota tim yang lain, juga organisasi tersebut. Dalam perjalanan liburan ini, terjadi banyak banget proses saling bantu membantu dan kerjasama tim, dari mulai bikin tenda, masak, sampai ganti-gantian mengangkat barang-barang bawaan bersama. Secara sadar atau tidak sadar, sense of belonging kita pun terbangun.. Itulah mengapa dalam organisasi, sebuah acara team building
  3. Membuka diri kita kepada orang lain atau memberikan kepercayaan kita kepada orang lain dengan bercerita hal-hal tentang diri kita yang orang lain belum tahu adalah hal terbaik untuk meningkatkan ikatan kekeluargaan. Kondisi yang nyaman untuk bercerita seperti ini (seperti yang kita lakukan pada malam hari itu) harus dibangun, supaya bisa terjadi kaya gitu.

Oh iya, sebagai tambahan, ini dia hal-hal behind the scene yang juga seru buat diceritain!

  1. Musuh terbesar selama kemping ini: Pacet! Alias lintah yang hidup di air darat. Di sungai, ada banyak pacetnya. Kalo udah digigit dan diisep, darah kita nggak bakal berhenti sampai beberapa belas menit ke depan. Rama adalah yang paling pertama kena pacet. Agung berhasil melihat pacet yang ada di sungai, dan bahkan ada yang nempel di bajunya! Agung juga sempet kena pacet, tapi untungnya baru kegigit dikit dia udah kerasa kena pacet. Akhirnya pacetnya gagal ngisep darah dia. Nah, gw ini yang paling sukses bertemu pacet! Satu kali digigit tanpa sadar sama sekali pas malem hari lagi curhat itu. Baru sadar setelah megang-megang kaki ngerasa ada basah2, terus pas disenter ada darah ngalir. Kena berikutnya pas pagi-pagi hari Senin, ngeliat pacet pas banget lagi ngisep darahnya. Setelah digaremin, pacetnya pun copot sendiri, meskipun darahnya masih ngalir juga sebentar.
  2. Quote favorit: “Mas mas, masuk trashbag mas!” Pas rapat BPH sebelum kita jalan-jalan ini, kita sepakat, siapapun yang nyampah (tahu kan maksudnya nyampah? :D), harus masuk ke trash bag. Dhiemas adalah orang yang beruntung karena berkali-kali nyampah, tapi tetep nggak masuk trashbag, hehe..
  3. UPDATE (Makasih buat Zahra udah ngingetin bagian ini!) Quote favorit berikutnya: “Saya jadi teringat waktu ………” yang dipopulerkan oleh Rama. Pas malem-malem kita cerita mengelilingi api unggun, setiap kali abis ada yang cerita, Rama langsung nimpalin, pura-pura jadi bagian dalam cerita tersebut. Contoh salah satunya waktu Toni cerita dia ngumpet di warung gara-gara ada tawuran di deket sekolahnya. Rama nyeletuk, “Saya jadi teringat waktu dulu jaga warung, ada anak SMP yang numpang ngumpet di warung..”
  4. Karena minyak tanah lagi langka, api unggun kita itu disulut pake bensin yang dibawa sama Ikhlas!
  5. Cerita seremnya Agung: Agung pernah naik gunung ber-9 orang bareng temen-temennya, terus pada satu saat ada kejadian dimana ada makhluk halus yang meniru rupa salah satu temannya, sehingga total orangnya jadi 10, dengan dua orang yang mukanya sama persis. Karena inget dengan cerita itu, kita rame-rame sering bercanda, “orangnya tolong dihitung dong!” sama “jangan-jangan dia bukan dia yang asli nih!”, karena takut ada yang makhluk halus yang nyamar. Hiii, sereem..

Salah satu pacet yang nempel di kaos Agung

Join the Conversation

11 Comments

  1. wah…, tertarik bikin squel nya nih… 😀

    Btw, pacet itu yg di darat Man. Yg di air itu lintah.
    G mau komentar ttg ceritanya. Dah tau semua (wong jelas2 ikut jalan2, ya pasti tau lah… :mrgreen: ).

    Foto yg paling atas, Meri keliatan keren bgt tuh. Meri punya TIGA pengawal yg (sok) ganteng 😀 .

    Foto Zahra manis bgt dah…!
    4 orang sisanya background (maaf Ton, Dik, Mas, Ram :mrgreen: )

  2. ada satu qoute favorit yang agak terlupakan, “saya jadi teringat waktu………” 😛
    tapi ngomong-ngomong fotonya Ka Ikhlas ga ada ya?

  3. #agungfirmansyah
    iya gung, bikin juga ceritanya gung.. biar seru, ceritanya dari sudut pandang yang beda.

    yang tentang pacet itu udah dibenerin kok.. makasih dah diingetin

    #nanien
    ho-oh, pacet itu kecil, lintah itu yang lebih gede..

    tiap hari gw udah petualangan pake perasaan nien, makanya bosen juga lama-lama.. butuh petualangan fisik, yang bikin sehat dan segaar!

    #irvan05
    ayo van, ke sana juga!

    #zahra
    sudah kutambahkan zah.. makasih udah ngingetin..
    iya nih, yang diaplod ke picasa ini, ga ada fotonya ikhlas..

    #leni
    ehm, ga sempet bawa oleh2 lainnya selain cerita len.. sibuk ngejar angkot pulang, hehe.. alhamdulillah masih bisa pulang..

  4. fiuh… untung ga nyeritain isi curhatannya… 😛

    kalo inget cerita2 curhatan waktu itu masih ketawa2 sendiri: pas agung niruin adegan meninggal karena serangan jantung gara2 matanya dibalsemin, pas tiba2 dhiemas cekikikan disuruh istighfar malah bilang “iya, yang asli..” 😀 , dihubung2in cerita satu sama yg lain kaya cerita sidik ketemu bokap Ilman..

    paling kocak kalo rama udah bilang “jadi inget..” hehe…

    bagian curhatan itu memang paling mengesankan apalagi di tengah hutan, bulan purnama, makanan perang, dan serangan pacet.

  5. #drys
    hahaha.. iya.. tapi capek itu mengalahkan segalanya, jadinya 3 jam tegang di colt itu nggak kerasa karena kita tidur.., hehe.

    #toni dermawan
    abisnya posisi duduknya udah enak banget sih ton.. jadi ga kerasa hampir 3 jam tuh tidur terus.. hahaha..

    #chandra
    next time bisa dong chan.. biar nggak mupeng lagi..

    # Meri
    alhamdulillah, bener2 berkesan ya mer..

Leave a comment

Leave a Reply to ilmanakbar Cancel reply

%d bloggers like this: