Perilaku Di Jalan Raya Itu Mencerminkan Aslinya. Iya Kan?

macet
(cc) photo credit

Tiba-tiba kepikiran aja buat nulis ini. Abis ngobrol tentang ini tadi di motor pas pulang bareng temen gw. Juga abis ngeliat twitnya @lenidisini beberapa hari lalu (kalo ga salah)

Gw tadi bilang, kondisi dan sikap orang di jalan raya itu mencerminkan banget sikap orang tersebut sehari-harinya. Setelah empat tahun lebih gw resmi menjadi pengguna jalan raya (gw pertama punya SIM C Januari 2006, SIM A Januari 2009), rasanya bisa juga kesimpulan ini gw tarik.

Emang nggak ada bukti apalagi hasil penelitiannya, tapi kalau dipikir pake common sense, rasanya masuk akal deh. Apa yang pengendara motor/mobil lakukan saat mereka mengendarai kendaraannya, adalah apa yang mereka lakukan saat berada di kehidupan sehari-harinya; saat bertemu rekan kerja, saat berhadapan dengan masalah, saat bersosialisasi, dsb. Mereka di kendaraannya di jalan raya, adalah mereka di kehidupan sehari-harinya.

Gw kasih beberapa contoh ya.. Teman2 silakan tambahkan kalau setuju, kasih argumen perlawanan kalau nggak setuju.

1. Pengendara yang suka klakson-klakson di jalanan, rasanya dia adalah orang yang suka berteriak-teriak nggak sabar.

2. Pengendara yang suka ngebut ga karuan, melanggar rambu lalu lintas, masuk jalur busway, rasanya dia adalah orang yang menghalalkan segala cara demi mencapai ambisi pribadinya.

3. Pengendara mobil yang benci banget sama motor, mungkin saja dia adalah orang kaya sombong yang benci sama orang yang nggak sama derajatnya.

4. Pengendara yang membuang sampah dari mobil atau motornya, pastilah orang yang sama yang membuang sampah di tempat umum.

5. Pengendara motor yang suka naik trotoar dan membahayakan pejalan kaki, bisa kita bilang kalo dia adalah orang yang suka menzalimi orang lain.

6. Pengendara motor yang maju terus meskipun lampu udah merah, yang berenti jauh di depan garis stop, yang nerobos lampu merah saat jalanan kosong, mungkin adalah orang yang nggak bisa bersabar menikmati proses. Maunya serba instan dan cepat.

7. Pengendara mobil yang suka nyerobot antrean pintu tol, agaknya akan juga nyerobot antrean makan di kondangan, antrean loket, maupun antrean-antrean lain.

8. (yang netral dikit deh sekali2) Pengendara yang suka jalan pelan-pelan, rasanya emang orangnya santai sehari-harinya. (hmm, bisa juga dia baru belajar ding, hehe)

9. Pengendara yang teganya jalan ngebut pas ngelewatin genangan air, adalah juga orang yang menzolimi dan ga peduli sama orang lain.

10. (yang positif dikit sekali-kali). Pengendara yang dengan konsisten menaati peraturan, meskipun dia jadi minoritas di jalan raya, Insya Allah juga seperti itu di kehidupan nyatanya.

11. Pengendara yang ngebut terus meskipun ngeliat zebra cross dan orang mau nyebrang, kayanya emang orang yang ga punya rasa kepedulian sama orang lain.

.. dan seterusnya, temen-temen bisa deh nambahin..

Apa ya, yang harus diubah?

Menegakkan peraturan di jalan raya, sampai pengguna jalan raya-nya disiplin (seperti di negara lain kaya Singapura, Australia, dsb) kemudian sikap dan perilaku masyarakat secara umum akan jadi lebih baik lagi.

Atau mengubah perilaku dan sikap masyarakat secara umum, kemudian secara otomatis perilaku mereka di jalan raya juga lebih baik?

Hmm, apapun itu, IMHO, jangan pernah berharap orang lain akan berubah jadi lebih baik. Biarlah kita saja yang konsisten dalam suatu kebaikan, sambil pelan-pelan mengajak orang lain di sekitar kita untuk berubah jadi lebih baik. Setuju?

Join the Conversation

19 Comments

  1. Saya termasuk orang yang sering memberi suara klakson saat lampu sudah hijau. Alasan saya memberi klakson itu karena ada kalanya orang yang (terlalu) di barisan depan itu melamun, ga memperhatikan kalau sudah ‘hijau’. hehehe :p

  2. #1 AMYunus
    kalo nglakson2 biar orang depan maju sih nggak papa.. lagi juga salah mereka yang seringkali terlalu maju, jadi ga bisa ngeliat lampu merah..

    yang nyebelin tuh orang yang udah tahu emang lagi macet/lampu merah/pintu kereta nutup, kok ya nglakson2 mulu, bikin berisik.. nggak sabar aja gitu..

    saya nglakson itu kalo ngeliat ada orang yg nyetirnya sembarang, ngelanggar peraturan, ngelawan arus, dsb..

  3. Menurut saya mengubah sikap dan perilaku masyarakat secara umum otomatis akan mengubah perilaku di jalan raya.

    Ngomong doang gampang sih. Praktiknya mungkin perlu melewati 1 generasi dulu πŸ˜€

  4. 2,3,4,6,9,10,11. sepakat sama poin-poin itu.

    saya pikir juga sangat masuk akal kalau perilaku di jalan raya mencerminkan perilaku orang sehari-hari.

    bahkan ketika berkendara, menurut saya seseorang bahkan bisa lebih terlihat perilaku dan kebiasaan-kebiasaannya (baca: lebih keluar aslinya) ^_^

  5. Semakin ke sini, semakin liar saja perilaku berkendara.. Yang mengkhawatirkan itu yang justru malah membahayakan orang-orang yang menaati peraturan lalu lintas.

    Semoga semakin banyak yang tersadar dengan kritikan2 ini. Ayo budayakan berkendara yang taat aturan! πŸ™‚

  6. No 3 ga setuju. Sebagian besar pengendara motor memang secara alamiah bersikap seperti jika jam terbangnya sudah banyak.. Bahkan pengendara mobil yang tak suka pada pengendara motor macam itupun mungkin melakukan hal yang sama jika sedang mengendarai motor (kasus yang sama dengan pencuri yang marah jika kecurian).

    No. 5 kurang setuju, itu bukan menzolimi.. tapi lebih cenderung ke ‘terlalu terburu-buru’,kurang ‘teliti’/’disiplin’,dan kurang sabar~ Wallahu a’lam

  7. Assalamu’alaikum,,
    kak ilman numpang tanya, gimana caranya nampilin isi dari blog lain ke blog kita kayak di blognya kak ilman (seperti anakui.com,ayongeblog.com), tapi ada tulisan teratas dari blognya??? Thx

  8. Gimana dengan pesepeda yang tau udahmah capek, keringetan, dan relatif lebih lama daripada kendaraan bermotor tapi tetep sepedaan padahal mereka bisa pake kendaraan bermotor kalau yang bersangkutan mau? πŸ™‚

  9. Tau kenapa Imam berdiri paling depan? Ya karena dia Imam, yang mimpin sholat, yang mengarahkan orang-orang di belakangnya. Dalam kehidupan sehari-hari? Yang paling depan, yang paling lelet. Kalo gak diklakson, gak bakalan jalan.

    Perputaran planet2 di alam semesta, udah pada lajurnya masing-masing, mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Apa jadinya kalo rute si Venus masuk rute si Mars, atau rute si Neptunus masuk rute si Merkurius? Tabrakan, kacau.
    Nah, itulah yang terjadi sekarang. Orang pada gak mau ikut aturan, ya jadinya kacau.

    Ada orang bilang, “oh, itu gak bisa disamain! Sholat ya sholat. Di jalan ya di jalan.”
    Ada lagi yang bilang, “Lho, planet kan benda mati, gak bisa disamain sama kami dong.”

    Geblek…yang bilang mahluk idup sapa? Gak ada maksud gua buat nyamain elo semua sama benda mati. Yang namanya belajar bukan cuma dari mahluk idup aja, geblek. Banyak contoh di dunia ini yang bisa diterapkan ke dalam kehidupan sehari-hari. Emangnya Tuhan kolot harus selalu memberi contoh manusia-manusianya dengan contoh2 mahluk hidup?!

  10. Suatu saat gua lagi pengen bawa motor. Waktu lagi berhenti di lampu merah (perempatan baipas, antara jalan pemuda – pramuka), motor belakang gua nglakson-nglakson karena waktu itu gua berdiri di sejejer sama mobil, di belakang garis zebracross..gua gak ikut-ikutan motor lain yang berdiri di bawah jembatan. Secara logika, kalo gua berdiri di situ…mana bisa gua liat lampu uda ijo ato belom? gua cuekin ajalah…eh pas lampu uda ijo, motor tadi langsung nyalip gua sambil ngatain, “bego lo!”. Lo terima digituin? Gua? Jelas gak.
    Waktu itu pikiran gua, “biar ajalah, biarin pergi. Biarin dia berpikir bisa ngatain gua seenaknya. Yang penting gua uda dapet nomor polisinya.” Laporlah gua ke polisi.

    Gak nyampe 4 hari, 3 hari setengahlah, gua dapet telpon dari kantor polisi…mereka udah dapet orang yang ngatain gua bego, berkat nomor plat tu motor rongsok. Sampe sekarang, tu manusia gak keluar-keluar dari penjara πŸ™‚

    Hati-hati bung dalam berbicara. Mulutmu, harimaumu. Gak semua orang bisa lo katain seenaknya.

  11. @Philip – itu gimana caranya? Bisa sharing cara & prosedurnya ?

    @Ilman – untuk poin #9, saya kadang melakukan ini. Padahal tidak disengaja. Penyebabnya :

    Fakta (1) Terlalu banyak jalanan bolong = banyak SEKALI genangan air = Amat sulit untuk mengelaknya **semua**

    Fakta (2) Tidak ada mata di ban mobil saya πŸ™‚ jadi tidak semua genangan bisa kelihatan

    (3) Prioritas UTAMA saya adalah keselamatan pengendara di sekitar saya. Ditambah dengan fakta #1 & #2, maka kadang terjadilah insiden tsb.

    Tahu sih bahwa orang pasti akan men JUDGE saya seperti di poin #9 Anda, tapi mau apa lagi?
    Apalagi jika utk mengelak genangan itu saya musti rem **mendadak** — yang justru bisa membahayakan pengemudi di belakang saya.

    Kawan saya ada yang jadi korban tabrakan, karena mobil di depannya berhenti mendadak. Di jalur kanan = kecepatan tinggi.
    Mengerikan.

    Ketika musti pilih antara nyawa -vs- genangan air, maka secara logis tentu saya pilih yang kedua πŸ™‚

    Dan, kadang orang justru memang menempatkan dirinya pada posisi yang rentan tsb.

    Contoh; tidak sekali dua kali saya melihat orang berdiri menunggu kendaraan umum **persis** di depan genangan air — padahal, tepat di **sebelahnya** ada tempat yang lebih aman.

    Lalu mereka marah-marah kepada saya yang tidak sengaja mengenai genangan tersebut ?
    Lha, itu kan sama seperti merokok di SPBU, dan lalu marah-marah ketika terbakar πŸ™‚ You are asking for it, he he.

    Contoh lainnya; Saya wanti-wanti kepada istri saya, jika suatu hari ada kucing mendadak menyeberang jalan (kucing adalah pemburu handal, namun akibatnya mereka hanya bisa fokus ke depan – bukan kiri / kanan; sehingga sangat bodoh dalam menyeberang jalan) —- daripada rem mendadak & membahayakan nyawa pengemudi di belakang kita, lebih baik jalan terus (dengan resiko menabrak kucing tersebut).

    Secara logika, lebih baik menyelamatkan nyawa manusia daripada binatang.

    Ya, mengemudi di Jakarta itu amat mengerikan. Dan sangat tidak normal.
    Contoh; di Birmingham, kita bisa adukan jalanan yang bolong via WEBSITE **dan** pengaduan tersebut langsung dituntaskan dalam waktu 2-3 hari kerja.
    Karena mereka berpendapat bahwa jalanan yang bolong = ancaman bagi jiwa.

    Disini ? Saking banyaknya jalanan yang bolong, sampai kita anggap wajar. Normal. Biasa.
    Padahal, ini sama sekali tidak Waras ! πŸ™‚ Gila.

    Anyway, akhirnya seringkali saya berangkat ke kantor pukul 4 pagi. Pulang pukul 1 pagi.
    Tujuannya adalah untuk mengurangi resiko kecelakaan di kota yang kacau infrasrukturnya ini.

    Sudah begitupun masih juga mobil saya DITABRAK 10x oleh orang lain, hehe.

    Kebanyakan motor. Dan, seringkali saat mobil saya diam.
    Contoh: sedang berhenti di traffic light. Atau sedang berhenti karena arus kendaraan sedang macet.
    Aneh, tapi nyata πŸ™‚

    Untungnya ada asuransi, sehingga walaupun penabraknya kabur *sigh* tetap bisa dibetulkan tanpa banyak biaya.

    Well, tetap kena biaya Rp 200.000 per klaim sih. Dikalikan 10x insiden… euh, sudah Rp 2.000.000 ya ? He he.

    Hati-hati di jalan. Stay safe.

  12. Untuk poin #11, jadi ingat saya pernah juga melakukan ini.

    Ini karena memang traffic light sedang berwarna hijau, jadi memang jatah kendaraan yang untuk berjalan.
    Tapi, ada yang malah menyeberang. Dan, tidak kelihatan oleh saya (tertutup kendaraan lainnya) – sampai ketika sudah dekat, dan tiba-tiba baru kelihatan ada orang di tengah jalan.
    Nyaris saja kena.

    Betul-betul pengalaman yang mengerikan πŸ™

    Ketika saya jadi pejalan kaki & pengendara sepeda, saya TETAP patuhi semua rambu-rambu yang ada.
    Karena itu semua adalah untuk keselamatan kita SENDIRI !

    Kalau tabrakan sepeda versus mobil, coba tebak siapa yang selamat, dan siapa yang akan bonyok / melayang nyawanya ?
    Dan kita bisa tebak siapa yang akan disalahkan.

    Naik tinggi ke penyeberangan jalan pun saya lakoni, karena itu untuk keselamatan nyawa kita sendiri. Tidak boleh ada istilah malas / buru2 / gengsi (wth) / dll. Dst.

    Jangan sampai orang lain turut menjadi korban dari egoisme kita. Mari.

  13. Pengguna jalan yg taat menjadi minoritas di jalan kayaknya cuma berlaku di jakarta deh atau mungkin kota2 lain yg pengendaranya suka ngasal, kalo di semarang mah, pengguna taat msh menjadi mayoritas. Saya sedikit culture shock dgn jalanan di jakarta dibanding dgn semarang kota asal saya.

Leave a comment

Leave a Reply to indobrad Cancel reply

%d bloggers like this: