Yak, melanjutkan postingan beberapa hari lalu tentang kebaikan-kebaikan yang menular, khususnya di level internasional, sekarang saya mau menunjukkan beberapa inspirasi gerakan-gerakan kebaikan yang menular dari Indonesia.
Saya tahu bagaimana 3 dari 4 gerakan di bawah ini dimulai, dan kenal siapa aja yang memulai gerakan itu. Benar-benar tidak mustahil bagi siapapun dari kita untuk menciptakan sebuah kebaikan, lebih-lebih yang akan menular ke berbagai penjuru dunia.
Tahu Gerakan Indonesia Mengajar? Gerakan yang digagas Anies Baswedan, untuk mengirimkan alumni terbaik kampus negeri ini untuk jadi guru SD di pelosok terpencil Indonesia?
Nah, Indonesia Menyala (@Penyala) adalah gerakan pengumpulan buku dari seluruh Indonesia untuk dibagikan menjadi perpustakaan ke desa-desa tempat para Pengajar Muda (istilah bagi guru yang dikirim ke sana) mengajar.
Yang menarik, gerakan ini ternyata awalnya tidak direncanakan oleh para penggagas Indonesia Mengajar! Gerakan ini terjadi karena teman-teman para Pengajar Muda yang ada di kota-kota besar membaca cerita di blog IM bahwa anak-anak desa itu kekurangan bahan bacaan. Akhirnya mereka mengirim buku (atau uang untuk dibelikan buku) ke Pengajar Muda.
Tonton cerita lengkapnya (juga cerita tentang sekolah mereka di sana) dari salah satu sahabat saya yang jadi Pengajar Muda, Agung Firmansyah, waktu sharing di TEDxMakassar di sini: Video: Inspirasi dari Pengajar Muda di TEDxMakassar
Efek berantai Gerakan Indonesia Menyala: 1) setiap kota bisa membuat koordinasi pengumpulan buku-buku/uang secara mandiri 2) dengan perpustakaan di pelosok negeri, bayangkan perubahan apa yang akan terjadi
Coin A Chance
Apa sih arti recehan? 200 perak, 500 perak, biasanya hampir nggak ada harganya, makanya sering berceceran di kantong, tas, rumah, dsb. Tapi kalo recehan 200-500 perak dikumpulin sampe lebih dari ribuan keping, jadinya uang senilai ratusan bahkan jutaan rupiah bukan?
Itulah gerakan Coin A Chance: kita diminta untuk mengumpulkan koin-koin recehan sisa belanja dsb di satu tempat, nanti setiap beberapa minggu sekali ada acara coin collecting day. Semua recehan dari berbagai tempat dikumpulkan, dan dihitung jadi satu. Uang yang terkumpul dikemanain? Satu anak berhasil berangkat sekolah dari uang recehan itu. Jadi, jangan remehkan recehan lagi ya?
Efek berantai Coin A Chance: 1) setiap orang bisa mengumpulkan koinnya masing-masing, di kantor, rumah, sekolah, dsb.. Membuat semakin banyak orang yang bisa membantu. 2) coba bayangkan kemungkinan apa yang akan terjadi saat seorang anak bangsa bisa sekolah? meningkatnya taraf hidup keluarga, dia bisa memberi manfaat pada orang lain, you name it!
Kaskus adalah the largest Indonesian community. Bentuknya forum diskusi, tempat anggota-anggotanya (disebut Kaskuser) bisa ngobrol. Saat tulisan ini dibuat, membernya sudah lebih dari 3,3 juta, dan ada puluhan sub-forum tentang berbagai topik obrolan sehari-hari. Kita bener-bener bisa ngobrol tentang apapun di Kaskus, karena tempatnya ada!
Kaskus didirikan secara iseng-iseng dengan modal ga seberapa (cuma buat sewa hosting dan domain) tahun 1999 oleh (saat itu) mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di Seattle bernama Andrew Darwis (@adarwis). Bertahun-tahun dijalankan, Kaskus menjadi sangat ngetop dan naik popularitasnya sejak rebranding di tahun 2008.
Di antara semua fitur Kaskus, satu yang saya angkat di artikel ini adalah tentang Forum Jual Beli (FJB). Di FJB, kita bisa menjual dan membeli barang apapun, dalam puluhan kategori barang yang ada di sana! Benar-benar pasar rakyat. Di FJB, nilai uang yang berputar bahkan lebih dari 100 miliar rupiah per bulannya! (ini data tahun 2009 loh)
Efek berantai Kaskus: 1) menciptakan lapangan pekerjaan dan sumber penghasilan lewat FJB-nya. 2) menghubungkan berbagai jenis orang dan hobi, menciptakan kesempatan-kesempatan baru yang tak pernah dibayangkan
Kamu tahu kan, para expert, praktisi ahli di berbagai macam bidang itu, kalo bikin seminar atau workshop gitu, harga tiketnya mahal? Atau paling nggak, harus bayar? Akademi Berbagi membuat kita bisa belajar dari para expert di bidang jurnalistik, periklanan, public relation, social media, penulisan, kreatif, dan masih banyak lagi, secara gratis!
Setiap minggunya, mereka bikin “kelas” kecil, sekitar 30 orang maksimal, dengan guru-guru para praktisi ahli tersebut. Cek aja jadwalnya di http://akademiberbagi.org/ atau follow @akademiberbagi. Saya sudah dateng ke sekitar 3 kelas mereka sejak tahun lalu, dan sangat mantep! Udah dapet ilmu gratis, bisa networking juga dengan peserta-peserta lainnya! Dan biasanya disediain makanan/snack juga sama tuan rumahnya *gratisan* 😛
Masih kurang mantep? Akademi Berbagi, yang bermula hanya di Jakarta, sekarang ada di lebih dari 10 kota, Bandung, Semarang, Solo, Yogyakarta, Madiun, Medan, Ambon, Palembang, Jambi, bahkan Singapura! Dan bisa begini bukan karena penggagasnya repot-repot bikin di sana, melainkan karena orang-orang di kota tersebut secara sukarela membuat kelas Akademi Berbagi di kotanya masing-masing
Cek cerita lengkapnya tentang Akademi Berbagi di The Jakarta Globe dan wawancara saya dengan penggagasnya, Mbak Ainun Chomsun (@pasarsapi) di Penn-Olson.
Efek berantai Akademi Berbagi: 1) menyebarkan inspirasi dan ilmu-ilmu di berbagai tempat 2) banyak orang mendapatkan ilmu baru, nantinya akan ada kebaikan yang muncul lagi bukan?
Leave a comment