Guest Post: Jadi Wirausahawan Muda atau Wirausahawan Telat?

Udah lama nggak bikin posting di sini, eh pas banget ada temen, Jonni Gani, yang pengen nyumbang tulisan bagusnya di blog ini. Istilahnya guest post, ini postingan dari “tamu”. Horee, akhirnya ngupdate blog lagi!  :laugh:

Jonni Gani sendiri adalah adalah seorang web/mobile entrepreneur yang mendirikan TheCrowdVoice dan Harga Murah.

Di postingan ini, dia sharing pengalaman dirinya yang jadi wirausahawan “telat”, alias udah kerja lama dulu baru merintis bisnis. Berbisnis sejak kuliah, atau abis kuliah langsung bisnis, atau kerja dulu baru bisnisIt’s your call!

Selamat membaca!

Membaca artikel-artikel di sini terlihat bahwa ini adalah blog yang pro wirausaha sejak dini, tepatnya sejak masih mahasiswa.

Saya sendiri adalah seorang entrepreneur (wirausahawan) yang telat. Saya terjun setelah hampir 10 tahun berkarir sebagai seorang programmer. Tujuan saya menulis artikel ini adalah agar pembaca bisa membandingkan apakah menjadi usahawan muda atau usahawan telat lebih cocok bagi dirinya.

Memulai usaha setelah berkarir beberapa tahun membawa keuntungan-keuntungan berikut:

  • Pengalaman teknis
    Mengambil saya sebagai contoh, karena sudah ada pengalaman kerja, ilmu programming saya jauh lebih tajam dibandingkan seorang mahasiswa. Hal ini penting karena saya bisa mengembangkan produk saya (aplikasi mobile, website) dalam waktu yang singkat. Bayangkan ada 2 pabrik yang sedang bersaing, tentu saja pabrik yang bisa menghasilkan produk lebih baik dan lebih cepat berada dalam posisi yang lebih menguntungkan.
  • Pengalaman manajemen
    Yang namanya kerja tidak mungkin selalu mulus, pasti ada masalah. Seorang usahawan yang punya pengalaman kerja bisa mendeteksi gejala masalah dari awal, sehingga bisa dicegah sebelum membesar. Contohnya, kadang kala komunikasi dan kerja sama dengan co-founder saya tidak efektif, tetapi saya bisa mendeteksi ini dari awal dan saya sudah punya pengalaman menangani masalah begini.
  • Koneksi
    Semua orang tahu pentingnya koneksi di dunia bisnis. Tapi banyak yang lupa bahwa koneksi menjadi makin baik seiring dengan waktu. Saat masih kuliah, semua temanmu adalah mahasiswa. Setelah bekerja selama 10 tahun, beberapa temanmu sudah menjadi manajer. Setelah 20 tahun, banyak temanmu sudah menjadi bos besar, atau buka bisnis sendiri.
  • Modal sendiri
    Memulai bisnis pasti perlu modal toh? Beranikah kamu memulai bisnis dengan meminjam uang dari orang tua, bank atau investor? Kalau ludes bagaimana? Nah, kalau bekerja dulu selama beberapa tahun, kamu bisa pakai modal sendiri.
  • Plan B
    Kalau gagal (semoga tidak), setidaknya kamu bisa menjadi seorang karyawan lagi. Skill kamu tidak hilang toh? Kalau dulu saat berkarir kamu selalu kerja dengan giat, pasti mantan kolegamu tidak akan ragu merekomendasikan saat kamu melamar kerja.

Menjadi usahawan telat juga punya masalah sendiri. Masalah terbesarnya adalah bersifat psychological: tekanan batin dari diri sendiri maupun keluarga.

Dulu saat kamu masih berkarir, kamu mendapatkan pemasukkan lancar yang bisa ditabung. Makin lama tabungan ini makin membesar. Jika penat, kamu bisa mencari hiburan. Nonton bioskop lah, makan di restoran lah.

Setelah melakukan wirausaha, pemasukkan tidak lagi lancar. Tiap bulan tabungan makin merosot. Saat penat tidak berani menyia-nyiakan uang mencari hiburan. Orang tua dan pacar pun makin tidak sabar melihat gaya hidup yang pas-pasan. Tekanan batin datang dari dalam maupun luar.

Kuncinya adalah punya mental baja. Banyak founder sukses di Silicon Valley, saat ditanya bakat terbesar mereka apa, mereka tidak menjawab “Skill manajemen saya bagus” atau “Saya sungguh jago programming”, melainkan mereka menjawab “Saya pantang menyerah.”

Terlepas dari kapan kamu terjun ke dunia wirausaha, kamu harus punya mental baja.

Catatan ini berisi janji dan tekad bulat yang dibuat oleh Bruce Lee sebelum dia ternama.

Sikap pantang menyerah dan talenta membuat Bruce Lee sukses. (Sumber)

Leave a comment

Leave a Reply

%d bloggers like this: