Selesainya Satu Chapter dalam Hidup: Kuliah S2

ColoursCreative Commons License Camdiluv ? via Compfight

Satu chapter dalam perjalanan hidup saya selesai sudah. Kemarin, Sabtu 8 Maret 2014, saya baru menyelesaikan sidang akhir kuliah S2 program Creative Media Enterprise (Wirausaha Kreatif) Institut Kesenian Jakarta dan dinyatakan lulus oleh para penguji. Unofficially M.Sn (Magister Seni).

Sejujurnya, saya tidak pernah menyangka bahwa saya akan kuliah S2 & menyelesaikannya. Saat kuliah dulu, saya berpikir di umur segini saya sudah menjadi pengusaha muda sukses. Namun Tuhan menentukan jalan yang lain.

Setelah usaha saya & partner ditutup di awal tahun 2011, saya awalnya bertekad untuk berbisnis sendiri, meneruskan anakUI.com untuk menjadi bisnis yang berkembang. Alih-alih begitu, sepanjang 2011, saya mencari nafkah untuk keluarga dengan menjadi freelancer menulis dan web developer.

Dari segi pemasukan, saat itu sih cukup (karena dibantu dengan istri yang masih bekerja juga). Namun, saya merasakan tidak ada perubahan yang berarti hingga akhir 2011. Saya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah untuk tidur dan melakukan sesuatu yang tidak produktif. Padahal istri pun sudah hamil. Saya belum memiliki modal terpenting yang dibutuhkan pengusaha: mental dan karakteristik.

Istri mengingatkan, “kok kamu gini-gini aja ya? Coba kuliah S2 lagi, cari beasiswa, supaya bisa nambah ilmu dan berkembang hidupnya

Karena dorongan darinya, saya pun mencari-cari program kuliah S2 yang sesuai dengan minat saya di bidang bisnis & entrepreneurship. Ada satu program S2 dari IKJ, kerjasama dengan IDS | International Design School (ini tempat saya bekerja sekarang) yang saya rasa cocok dengan saya, apalagi saya kenal dengan beberapa mahasiswa-mahasiswanya dan diprovokasi terus untuk masuk sana.

Sebetulnya tidak ada dana untuk kuliah S2, tapi saya cukup penasaran dengan programnya. Akhirnya saya ke IDS untuk bertanya lebih lanjut. Tak disangka, di pertemuan itu, saya malah diajak oleh mas @AdezAulia, seseorang yang jadi mentor saya selama 2 tahun terakhir ini, untuk bergabung dengannya bekerja di IDS sambil kuliah. Dari mana uang kuliahnya? Gaji saya di IDS dipotong setiap bulan untuk mengganti uang kuliah.

Long story made short, di perjalanan kuliah ini, saya lebih banyak bertemu dengan batu sandungan kekecewaannya. Dari 3 semester kuliah, 2 semester pertama saya jalani tidak dengan maksimal. Hal ini terjadi karena ada beberapa hal yang menjadi ekspektasi saya sebelum kuliah, ternyata tidak sesuai dengan kenyataan.

Saya menjalani kuliah dengan malas-malasan (kuliah hari Sabtu pagi bro, mending tidur atau santai di rumah bareng istri), benar-benar dijalankan tanpa passion. Cobaan terberat terjadi dua kali, dan saya selalu merasa ingin mundur dari kuliah ini. Saya ingin mundur karena merasa tidak kuat menanggung beban pikiran dan beban waktu yang dihabiskan, merasa lebih baik alokasi pikiran dan waktu itu digunakan untuk menambah ekonomi keluarga (masih ingat dengan gaji bulanan yang dipotong untuk bayar kuliah?). Saya sampai merelakan, biarin deh tiap bulan dipotong sampai lunas, karena kalau mundur dari kuliah S2 ini saya bisa mencari pekerjaan tambahan untuk menambah ekonomi keluarga.

Dalam hati ini, saya menyalahkan orang lain atas perasaan berat yang dirasakan saat menjalani kuliah S2 dan mengerjakan tesis. Saya menyalahkan niat kuliah S2 ini yang munculnya secara impulsif karena dorongan istri saya, bukan dari saya.

Padahal sebenarnya, yang terjadi adalah saya kurang dekat dengan Tuhan. Saya tidak pernah berdo’a untuk diberi kekuatan menyelesaikan S2. Akibatnya saya jadi tidak fokus benar-benar untuk mengerjakan tesis S2, tidak bekerja keras, dan membuang-buang waktu untuk hal yang tidak berguna. Itulah mengapa saat masalah pertama berhasil dilewati, saya down lagi untuk yang kedua kalinya.

Long story made short, again, setelah jatuh untuk kedua kalinya, Alhamdulillah saya diberikan hidayah untuk kembali dekat dengan Tuhan. Mentor-mentor saya juga terus memberi semangat ke saya agar jangan berhenti. Semangat saya pun muncul kembali, walaupun harus mengulang sidang pertama karena saya dan partner (proyek tesis dikerjakan secara tim) tidak lulus di sidang pertama itu. Saking nggak niatnya ngerjain tesis, sidang pertama aja nggak lulus!

Walaupun kelulusan tim saya tertinggal 3 bulan dibandingkan teman-teman satu angkatan yang lain, akhirnya saya sampai di garis finish. Walaupun kuliah S2 ini awalnya bukan didorong oleh keinginan/kebutuhan saya sendiri, saya bersyukur bisa menyelesaikannya.

Dan saya meyakini, insya Allah akan ada pintu rezeki yang dibuka, yang akan tertutup selamanya kalau saya benar mundur waktu itu.

Lewat postingan ini, saya mau berterimakasih secara khusus untuk mereka yang telah membuat saya bertahan dan menyelesaikan S2 ini:

  • Istri tercinta, yang selalu mengingatkan untuk dekat sama Tuhan, tidak cuma kalau sedang punya masalah aja.
  • Partner satu kelompok saya, Ricky Widyananda Putra, seorang dosen dari Univ. Budi Luhur, yang telah mempertaruhkan segalanya untuk bisa menyelesaikan S2 ini karena ini adalah fase paling penting dalam hidup dan kariernya sebagai akademisi. Jalan hidup kita emang begini ya ky, harus melewati berbagai rintangan begini dulu sebelum berhasil. *toss!*
  • Mas Adez Aulia dan Mas Arianto Bigman, dua orang mentor saya di kantor, yang selalu mengatakan bahwa saya mampu menyelesaikannya.
  • Mas Norman Syahruddin, Ph.D. Beliau nggak cuma berperan sebagai dosen pembimbing secara formal aja, tapi dia selalu bilang bahwa ini akan ada akhirnya. Yang penting, fokus aja ngerjainnya.

Walaupun banyak ekspektasi saya tidak saya dapatkan selama kuliah, ada satu hal lagi yang amat saya syukuri dari kuliah di sini: saya bisa menulis buku pertama saya, 101 Young CEO. Singkatnya, karena kuliah ini saya jadi mengenal dekat Lahandi Baskoro (@lahandi), mahasiswa angkatan pertama. Dialah yang memperkenalkan saya dengan editor dari penerbit Tiga Serangkai, mas Fachmy Casofa, yang mewujudkan buku ini hingga terbit seperti sekarang.

Tinggal sedikit lagi (revisi, print hard cover, dan minta TTD dosen), satu chapter dalam perjalanan hidup saya benar-benar selesai sudah. Kini saatnya fokus mengejar impian selanjutnya. Bismillah 🙂

Join the Conversation

9 Comments

  1. Kak Ilman,
    waw, saya bisa dibilang cukup terkejut baca ceritanya Kak Ilman.
    Saya selalu liat kak ilman kayaknya senantiasa penuh semangat dan optimisme. Kak Ilman adalah salah satu role model saya, yang semangatin dan kasih inspirasi sejak saya masuk, ikut PKM, sampai PIMNAS, dan sampai Mapres.

    Jadi sempet kaget kalau ternyata kak ilman juga pernah ada saat-saat down yah hehe

    btw, salut banget baca ceritanya and how brave you are to be really honest writing this post.

    saya kangen banget baca tulisan-tulisannya kak ilman yang penuh semangat dan inspiratif. Good luck untuk semua harapannya dan semoga target-targetnya tercapai ya kak 🙂

    regards,
    Alfira

    1. yup fir, menulis di sini adalah cara saya untuk berani mengakui bahwa saya punya masa-masa down itu. dan ditulis begini supaya ada hikmah yg bisa diambil sama orang lain 🙂

      kalau saya kelihatan selalu penuh semangat & optimisme, itu karena sisi kepribadian sanguin saya yang selalu terlihat hehe..

      saya sendiri juga kangen banget lho fir baca tulisan2 saya yang lama yang penuh semangat, suka mikir “dulu gw kok bisa kaya begini ya?”

      makanya sekarang mau kembali aktif menulis lagi, mudah2an bisa kembali bisa menularkan semangat & optimisme seperti dulu 😀

      semangat menulis utk bermanfaat juga ya fir!

  2. idem dengan di atas.
    Dan tulisan lo buat gue sadar bahwa kita semua -tanpa terkecuali- cuma manusia biasa. Bisa down, bisa optimis, berbolak-balik bagai roda.
    :’)

    1. Nabi Muhammad aja bisa sedih, bisa down.. Makanya dihibur sama Allah dengan Isra’ Mi’raj, sama surat Al Insyirah..

      apalagi manusia biasa seperti kita, ya nggak 😀

  3. kak, boleh dong kak ketemuan untuk sekedar sharing.. cerita kak ilman mengingatkan saya pada diri saya sendiri saat ini, kak.. hehe.. tesis, nafkah, pilihan hidup.. hahaa..

    1. ayuk2, ngobrol2 yuk.. mau main ke rumah ane?
      atau makan siang bareng gitu? 😀

      rumah ane di kebagusan, kantor di daerah pejaten, tinggal mana yg lebih enak aja buat ente..

Leave a comment

Leave a Reply to ilmanakbar Cancel reply

%d bloggers like this: