Ada sebuah kejadian di Piala Dunia Brazil 2014 lalu yang menyentak hati saya. Supporter Jepang membersihkan sampahnya sendiri di stadion seusai pertandingan!
Ya, sampahnya dipungut dan dikumpulkan sendiri! Sebuah sikap yang jauuuuh banget berlawan dengan sebagian besar masyarakat Indonesia yang saya lihat.
Saat SMP, saya berangkat sekolah hampir setiap hari menumpang mobil pakde saya. Bukan sekali dua kali saya melihatnya membuang sampah ke luar jendela mobilnya. Begitu saya tanya kok dibuang ke luar, ia menjawab, “nanti kan ada tukang sapu jalanan yang bersihin.”
Kejadian serupa terjadi saat saya naik angkot, seorang ibu dan anaknya membuang plastik bekas esnya ke kolong bangku angkotnya, katanya “nanti kan dibersihkan oleh abangnya.”
Suatu waktu, saya berkunjung ke rumah seorang famili yang kebetulan rumahnya ada di samping sungai kecil. Anak saya Naia saat itu pup di diapersnya. Salah satu famili itu berkata, “ini plastik kecil, pampersnya dibungkus, nanti lempar ke kali aja biar kebawa, nanti ada yang ngambilin.”
True story. Semua adalah kisah nyata. Bukan tingkat ekonomi yang membedakan seseorang buang sampah di tempat sampah atau di manapun. Ternyata mentalitasnya yang membedakan.
Orang-orang Jepang punya mentalitas bertanggung jawab dan mandiri atas dirinya. Sebaliknya, sebagian besar masyarakat Indonesia punya mentalitas dibantu dan menyerahkan nasib dirinya kepada orang lain.
Pantas ya, saat banjir melanda, yang disalahkan pemerintahnya. Saat gaji tidak kunjung naik, perusahaan yang didemo. Saat ada sesuatu yang salah, cari kambing hitam di orang lain untuk disalahkan.
—
Sampah adalah representasi kecil dari mentalitas kita. Sampah yang kita hasilkan adalah milik kita, tanggung jawab kita sendiri. Kalau untuk hal kecil ini saja kita bergantung dan menyerahkan pada orang lain, bukankah ini mental miskin namanya?
Mari sama-sama bangun mental kaya nan berlimpah, mental orang berkecukupan yang bisa ikut mencukupkan kehidupan orang lain, mental orang kuat yang bisa menguatkan kaki orang lain, serta mental orang mampu yang bisa memampukan ekonomi orang lain.
Dimulai dari menyimpan dan membuang sampah kita sendiri di tempat sampah.