The First National Computer Camp for The Blind

Assalamu’alaikum wr.wb..

Selama tiga hari, dari Rabu (22 November 2006) sampai Jum’at (24 November 2006), saya tidak kuliah karena mendaftarkan diri menjadi volunteer atau relawan pendamping para tuna netra dalam acara The First National Computer Camp for The Blind. Acara ini diselenggarakan oleh Yayasan Mitra Netra, sebuah organisasi yang bergerak di bidang pengembangan potensi para tuna netra. Acara ini adalah acara ekshibisi atau unjuk kebolehan dari 100 tuna netra dalam berkomputer. Mereka berlomba mengetik di Microsoft Word, menghitung laba rugi di Microsoft Excel, membaca dan mencari kata di kamus, browsing di internet, bahkan bermain catur. Kegiatan ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa para tuna netra memiliki potensi yang sama persis dengan manusia normal lainnya..

Hal yang saya ingin sampaikan di postingan ini, adalah bahwa saya mendapat banyak sekali hikmah dalam kegiatan ini. Aku sama sekali tidak rugi, meski tidak mendapat pelajaran ilmu komputer selama 3 hari berturut-turut, karena saya mendapat banyak pelajaran hidup dari kegiatan ini.

Inilah pertama kali saya berinteraksi sedemikian dekat dan intens dengan teman-teman tuna netra. Sebelum ini, saya tidak pernah sama sekali berbicara dengan tuna netra. Bayangan di kepala bahwa tuna netra itu biasanya begini dan begitu (mengerti kan maksudnya?), hilang sama sekali begitu saya berinteraksi dengan teman-teman tuna netra. Setelah mengenal teman-teman tuna netra lebih dekat, saya membuktikan bahwa pemikiran itu salah. Tidak ada bedanya antara orang-orang ‘awas’ (orang yang berpenglihatan sempurna) dengan teman-teman tuna netra selain penglihatannya saja. Kesan pertama saya setelah berinteraksi dengan teman-teman tuna netra adalah: ‘Subhanallah banget!’. Allah memiliki banyak hikmah yang bisa diambil dari teman-teman tuna netra.

Beberapa teman tuna netra memiliki bakat-bakat yang juga dimiliki oleh orang. Teman-teman tuna netra juga ternyata melakukan aktivitas yang sama persis dilakukan oleh orang-orang awas. Ada yang sekolah dan kuliah (di sekolah dan kampus normal), bekerja, bahkan menjadi aktivis organisasi. Pernahkah kita membayangkan orang-orang tuna netra bermain musik? Ternyata mereka bisa. Alat musik drum, gitar, bass, dan keyboard mereka mainkan dengan sempurna.

Ada pula beberapa teman tuna netra yang ‘subhanallah banget’. Ada Ada Aris Yohanes yang memiliki website sendiri yang menampung karya seni para tuna netra (alamatnya di sini). Ada Ari si ‘bocah ajaib’, dia adalah peserta termuda dalam acara ini, dan dia adalah peserta yang paling banyak diwawancarai wartawan. Ada juga namanya mas Dimas. Ketiga orang ini bisa dibilang adalah teman-teman tunanetra yang paling ‘brilian’. Tiap ada wartawan, selalu mereka yang diwawancarai dan disorot kamera. Ada mas Taufiq yang pernah ke Jepang, dan dia saat ini menjabat sebagai Ketua Bidang di BEM Fakultas Sastra UNJ.

Di kelompok yang aku dampingi, selain ada Ari, ada juga Daeng Sony, Pak Asmad, dan Pak Robert Hutabarat, ketiganya teman sekamar saya di hotel, orangnya ramah, cerdas, dan kocak. Ada mas Anung dari Yogya, orangnya ramah, dan dia jago pula bermain musik. Ada juga mas Danang dari Klaten, ada mas Ridwan yang low-vision, wajahnya terlihat muda tapi umurnya beda 6 tahun dengan saya, ada Lia yang suaranya bagus banget, ada mbak Asti dari Klaten, ada juga mas Tarup yang pendiam, tapi pede.

Dari kelompok lainnya, saya mengenal beberapa orang, seperti mas Juanda, pak Ferry (kalo nggak salah inget nama) yang alumni Informatika ITB, Arief yang masih low-vision dan bisa mengayomi teman-teman tuna netra lain, mas Boyke yang jago catur (bahkan GM Susanto, menunjuk beliau sebagai peserta dengan langkah catur terbaik), mas dari Makassar (kalo nggak salah namanya Arifin) yang bisa meniru suara Donal Bebek, dan masih ada beberapa lain yang kalau dituliskan tentu postingan ini akan jauh lebih panjang.

Dan masih banyak lagi teman-teman yang lain. Mereka memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda, memiliki bakat yang berbeda-beda, juga memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda pula. Akan tetapi, ada satu kesamaan dari mereka semua. Kesamaan itu terletak pada semangat mereka untuk menjalani hidup mereka, walaupun mereka punya kekurangan penglihatan. Mereka juga tidak ingin menjadi beban bagi orang lain, mereka tidak ingin bergantung pada orang lain. Dengan segala keterbatasan mereka, mereka bisa menjalani hidup mereka dengan baik, meraih cita-cita mereka.

Hikmah utama yang seharusnya bisa kita ambil adalah kita bisa merasakan nikmatnya penglihatan. Itulah karunia dan nikmat yang sangat besar yang diberikan oleh Allah SWT. Jika kita berkaca pada teman-teman tuna netra, kita bisa mengambil kesimpulan ini: dengan penglihatan yang hilang saja mereka bisa melakukan aktivitas seperti orang normal, bagaimana jika penglihatan mereka masih ada? Tentu saja mereka pasti bisa melebihi kita bukan? Nikmat penglihatan ini seharusnya dimanfaatkan sebaik mungkin dengan jalan mensyukurinya, bukan malah dipergunakan untuk melihat hal-hal yang haram.

Ya Allah, jadikanlah saya orang yang dapat menyadari dan mensyukuri nikmat-nikmat yang Engkau berikan kepadaku. Jangan Engkau jadikan saya orang yang tidak bisa mensyukuri nikmat yang telah Engkau berikan, dan baru menyadari pentingnya nikmat tersebut setelah nikmat itu dicabut dariku. Sekali-kali jangan, Ya Allah.. Jangan Engkau cabut nikmat yang telah Engkau berikan kepadsaya.. Berikan hidayah kepada kami agar kami menjadi orang dapat mensyukuri nikmat-Mu, bukan orang yang kufur atas nikmat-Mu.

Wassalamu’alaikum wr.wb..

Note:
Berikut ini beberapa foto yang saya ambil di acara tersebut. Foto-foto acara puncaknya (100 tuna netra mengoperasikan komputer bersamaan) tidak saya ambil.


Believe or not? Tuna netra bisa main band? Mainnya keren pula!
Percaya atau tidak? Mereka (yang di panggung ini) belum pernah latihan bareng sebelumnya, tapi permainan mereka T.O.P. B.G.T!! Serius


Aris Yohanes, salah satu dari 3 orang pendiri www.kartunet.com sedang mempresentasikan cara kerja program JAWS (Job Application With Speech), sebuah program screen reader kepada Bapak Menteri Sosial.


Fakhri Muhammad alias Ari, peserta termuda alam acara ini, tampak sedang diwawancarai wartawan.


Saya dan Sawie berfoto bareng Muhammad Taufiq, tuna netra asal Jakarta, sekarang kuliah di Fakultas Sastra UNJ dan sedang menyusun skripsi. Beliau adalah Ketua Bidang Pendidikan dan Keilmuan BEM Fakultas Sastra.


Saya dan kelompok yang saya dampingi.
Berdiri (ki-ka): Mbak Nurbaya (relawan pendamping dari Mitra Netra), Mbak-aduh, lupa namanya- (pendamping mbak Asti), mbak Asti, Lia, mas Tarup, Pak Robert, Ari, mas Anung, Pak Asmad, mas Danang, Daeng Sony.
Jongkok (ki-ka): Ibu Nuning (MC), mas-aduh, lupa juga namanya (MC juga), saya, mas Fikri (relawan pendamping dari Mitra Netra), mas Ridwan.

Join the Conversation

3 Comments

  1. Permisi, apakah anda tau ada tunanetra yang ngeblog dan berdomisili di jkt? kalau tahu boleh saya tau alamat blognya? Untuk menyusun skripsi. Terima kasihbanyak.. 🙂

  2. Kalo ramaditya saya sudah tahu. Apakah tahu selain dia? karena saya mungkin akan wawancara 3-4 orang bloger tunanetra. KArtunet juga sudah saya buka. Terima kasih banyak lho.. :mrgreen:

Leave a comment

Leave a Reply

%d bloggers like this: