Jumlah Kegagalan Akan Lebih Banyak Daripada Jumlah Keberhasilan: Analogi dengan Pertandingan Sepak Bola

Masih dalam suasana Euro 2008, mau bikin postingan tentang sepak bola lagi ah.. Lanjutan dari tulisan gw yang ini: Gawang, Tanggung Jawab Siapa: Kiper atau Semua Tim?

Mungkin teman-teman semua udah pada tahu cerita, katanya Thomas Alva Edison sudah melakukan ribuan percobaan gagal, sebelum akhirnya berhasil. Atau banyak cerita tentang orang yang selalu gagal, tapi selalu bangkit lagi, dan akhirnya berhasil. Artinya, jumlah kegagalan selalu lebih banyak daripada jumlah keberhasilannya. Di sini gw pengen ngasih sudut pandang lain tentang hal ini. Karena gw adalah penggemar bola (main dan nonton), maka gw mau ngasih sudut pandang dari sepak bola, sesuai dengan analogi yang gw ambil dari sebuah pertandingan sepak bola.

Pernah ngeliat di akhir babak pertama, atau di akhir pertandingan, biasanya ada statistik pertandingannya kan? Ada tabel seperti ini:

Nah, sekarang perhatiin bagian goal, shot, dan shot on goal. Jika statistik itu dianalogikan dengan keberhasilan dan kegagalan: gol adalah keberhasilan, dan shot maupun shot on goal adalah kegagalan (gagal mencetak gol, iya kan?)

Coba deh perhatikan statistik dari beberapa pertandingan sepak bola. Kalo dilhat, bahkan di pertandingan kelas dunia sekalipun, jumlah gol yang tercipta dalam satu pertandingan sepak bola tidak pernah sama dengan jumlah shot maupun shot on target. Jumlah shot dan shot on goal-nya selalu lebih banyak daripada jumlah goal.

Artinya, jumlah kegagalan itu PASTI akan lebih banyak daripada jumlah keberhasilan. Tapi satu keberhasilan yang berarti akan menihilkan semua kegagalan kita.

Dalam sepakbola, biasanya, tim yang bermain lebih cerdas akan mendapatkan banyak peluang (jumlah shot maupun shot on goal-nya). Dan biasanya pula (hasil observasi 10 tahun menjadi pencinta sepak bola), jumlah gol yang tercipta itu berbanding lurus dengan jumlah peluangnya (pengecualian buat tim yang nggak beruntung). Artinya, semakin banyak peluang (walaupun gagal dimanfaatkan), semakin besar pula kemungkinan kita berhasil.

Mengambil analogi itu, kita jadi yakin bahwa semakin banyak kita memanfaatkan peluang atau menciptakan kesempatan, semakin banyak pula kesempatan kita untuk berhasil. Dalam bahasa lainnya, semakin keras kita berusaha, semakin banyak kegagalan yang terus bisa kita atasi, semakin dekat pula kita dengan keberhasilan.

Jadi, menurut gw pribadi, gw masalah kita terus menerus gagal. Asal dari kegagalan itu kita belajar caranya berhasil, asal setelah gagal kita terus bangkit lagi, asal dari gagal itu kita nggak ngelakuin hal yang sama yang bikin gagal itu terjadi. Kalo udah gitu, sisanya tinggal masalah takdir aja..

Gimana menurut teman-teman?

Join the Conversation

4 Comments

  1. ane setuju,

    gagal itu memang sudah suratan, namun bagaimana agar kita tidak menerima kegagalan yang sama dan terlebih lagi kalau kegagalan tersebut terjadi pada hal yang sama

  2. gara2 twit lo yang postinglama jadi baca lagi deh man.. hehe.. di sepakbola ga selalu kegagalan lebih banyak dari keberhasilan man.. shoot sama shoot on goal mungkin emang hampir pasti selalu lebih banyak dari golnya, tapi bukan berarti itu artinya gagalannya hampir pasti lebih banyak dari berhasilnya.. misal gini.. shoot 5 kali, shoot on goalnya 4 kali, goalnya 3.. shoot on goal mah ga dijadiin pembanding gagal berhasilnya.. jumlah shoot itu ga bisa dinilai sebagai kegagalan, tapi sebagai banyaknya percobaan.. kegagalannya ya jumlah percobaan dikurang percobaan yang sukses.. jadi jumlah gagalnya = total shoot – shoot yang gol (bukan shoot on goal).. jadi kalo dalam contoh ini gagalnya = (5-3) = 2.. sementara yang berhasilnya 3.. berarti berhasilnya lebih banyak dong daripada gagalnya? hehe..

Leave a comment

Leave a Reply

%d bloggers like this: