Saya mau membuat pengakuan jujur. Walaupun saya amat sangat suka membaca, saya tidak suka membaca novel. Sedikiit sekali saya novel yang pernah saya baca, itu pun hanya yang best seller nasional atau internasional. Beberapa di antaranya seperti Laskar Pelangi, 5 cm, The Alchemist, salah satu buku Harry Potter, saking sedikitnya saya sampai tidak ingat yang lain, hahaha. Mengapa? Hmm, masalah preferensi saja. Saya jauh lebih suka membaca buku-buku non-fiksi.
Sampai pada akhirnya bulan lalu, sebuah judul novel baru mengusik perhatian saya. “Teka Teki Terakhir“, karya dari Annisa Ihsani. Ia adalah salah seorang teman dekat saya, kami satu SMA dan satu jurusan kuliah. Memang, rasanya akan sangat jahat untuk tidak membeli dan mengapresiasi karya pertama kali seorang teman dekat. Tapi bukan itu yang membuat saya akhirnya memutuskan membeli buku Teka Teki Terakhir ini.
Ada dua alasan:
Pertama, Nisa cerita, ini adalah pertama kalinya ia mengirim naskah novel ke penerbit, dan langsung diterbitkan oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama! Saya tahu bahwa ribuan naskah ditolak oleh penerbit tiap bulannya, maka novel ini pasti bukan novel kacangan.
Kedua, tema yang diangkat oleh Nisa di buku ini unik banget. Serius. Umumnya, saya cuma tahu kalau tema novel itu kalau nggak misteri, thriller atau detektif, science fiction, fantasy, atau tema sehari-hari seperti keluarga atau pendidikan. Tapi, Nisa memasukkan tema matematika! Dalam buku ini, bertebaran konsep-konsep matematika murni maupun nama-nama ahli matematika yang pasti 99% dari kita tidak pernah mendengarnya.
Saya dan Nisa dulu sama-sama kuliah Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia. Apa yang kami pelajari di sana, sebagiannya tertuang ada di buku ini. Nisa, yang bakat dan minatnya sangat kuat di bidang ini, pun menyelesaikan kuliah masternya pada jalur yang sama. Jadi saya bisa bilang ini bukan novel fiksi ilmiah atau fantasi, ini adalah novel ilmu pengetahuan ilmiah.
Tanpa sadar, setelah membaca novel ini kamu jadi ngerti tentang konsep-konsep logika matematika, teorema, aksioma, konjektur, pembuktian matematika, hipotesa, dan sebagainya. Seandainya saja Nisa menulis buku ini sebelum saya masuk kuliah, niscaya nilai saya pada mata kuliah matematika diskret di kampus tidak akan C! >_<
Saya nggak akan membahas tentang bagaimana cerita, karakter, dsb, karena ini bukan review atau resensi novel.
Secara umum, novel Teka Teki Terakhir ini memiliki jalan cerita yang amat logis dan runtut, klimaks yang jleb, penggambaran karakter yang mendalam serta konflik yang masuk akal dari para tokoh-tokohnya. Novel ini juga menyajikan ilmu dan inspirasi besar yang bisa diambil tanpa menggurui, serta yang paling penting adalah emosi yang membawa kita masuk ke dalam dunia di novel ini. Semua aspek sukses di novel-novel best seller yang pernah saya baca, saya temukan juga saat menutup halaman terakhir Teka Teki Terakhir.
Mungkin teman-teman sama sekali tidak akan percaya kalau ini adalah novel pertama Nisa. Tapi saya sendiri akan percaya, karena saya tahu Nisa adalah seorang penggila novel dari dirinya kecil dahulu. Ditambah lagi kecintaannya yang luar biasa terhadap dunia ilmu matematika, ya hasilnya jadi Teka Teki Terakhir ini!
Benar yang pernah saya dengar, apa yang kamu baca, itu yang akan kamu hasilkan. Karena saya sukanya baca buku-buku non-fiksi, buku pertama saya 101 Young CEO juga adalah buku non-fiksi.
Terakhir, sebelum menutup catatan ini, saya mau mengutip satu percakapan dari Teka Teki Terakhir yang menurut saya merupakan pesan utama yang ingin Nisa sampaikan kepada pembaca. Sesuatu yang saya aminkan dan saya jadikan salah satu value saya dalam hidup ini.
“Menurutku penting untuk meninggalkan sesuatu selagi kau hidup. Bagi beberapa orang, mungkin ini berupa bukti teorema. Bagi orang lain, mungkin lukisan atau puisi. Tetapi intinya, apa saja yang menunjukkan kau pernah hidup…”
So, berkaryalah dan berikan manfaat kepada sekitarmu selama kamu masih hidup. Jangan sampai ada atau tidak adanya dirimu, tidak ada bedanya bagi orang lain di dunia ini.
Sekali lagi selamat buat Nisa atas karya pertamanya, ayo teman-teman semua beli bukunya ya! Jadikan buku ini best seller, karena trust me, buku ini lebih dari layak untuk dijadikan BEST SELLER!
—
Semua informasi ini dari Goodreads
Gosipnya, suami-istri Maxwell penyihir. Ada juga yang bilang pasangan itu ilmuwan gila. Tidak sedikit yang mengatakan mereka keluarga ningrat yang melarikan diri ke Littlewood. Hanya itu yang Laura tahu tentang tetangganya tersebut.
Dia tidak pernah menyangka kenyataan tentang mereka lebih misterius daripada yang digosipkan. Di balik pintu rumah putih di Jalan Eddington, ada sekumpulan teka-teki logika, paradoks membingungkan tentang tukang cukur, dan obsesi terhadap pernyataan matematika yang belum terpecahkan selama lebih dari tiga abad. Terlebih lagi, Laura tidak pernah menyangka akan menjadi bagian dari semua itu.
Tahun 1992, Laura berusia dua belas tahun, dan teka-teki terakhir mengubah hidupnya selamanya…
kebetulan suka baca novel..
terimakasih infonya 😀
Maaf, mau kasihtau kalau review Mas tentang Teka Teki Terakhir dijiplak. Ini review penjiplak itu
https://www.goodreads.com/review/show/947035014?comment=99150838#comment_99150838
Selain menjiplak review Mas dia juga jiplak review teman saya yang ini:
https://www.goodreads.com/review/show/896920412