Bagaimana Cara Mengetahui Bahwa Saya Sudah Menghabiskan Waktu dengan Benar?

waktu tidak akan kembali

Sebagai ayah muda dengan satu orang anak balita, saya sudah terbiasa mengajak anak ke dokter untuk ditimbang beratnya, diukur panjang badannya, dan diukur lingkar kepalanya. Tiga indikator ini adalah indikator penting bagi pertumbuhan anak bayi dan balita secara fisik, yang dibandingkan sesuai dengan grafik yang ada di Kartu Menuju Sehat (KMS).

Selain indikator pertumbuhan fisik yang tiga tadi, ada juga indikator perkembangan yang lebih mengukur kemampuan diri anak. Indikator perkembangan meliputi motorik kasar (kemampuan mengontrol anggota tubuh), motorik halus (kemampuan menggunakan jari-jari tangan), kemampuan bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian.

Indikator pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita ini harus bertambah terus. Stuck-nya salah satu indikator di angka atau kemampuan yang segitu-segitu aja bisa menunjukkan masalah yang harus segera diselesaikan oleh orang tua dengan bantuan dokter anak.

Begitu kita dewasa, bukan pertumbuhan fisik lagi yang diukur, tapi kualitas diri kita. Kalau kualitas diri kita tidak berkembang dari masa ke masa, alias hidup kita gitu-gitu saja, ya kita merugi sekali dong.

Sebagaimana ucapan orang bijak, “hari ini harus lebih baik dari hari kemarin,” bagaimana cara mengukur agar kita tahu bahwa kualitas diri kita berkembang lebih baik dari hari kemarin?

Bagaimana kita bisa tahu bahwa kita menghabiskan waktu kita dengan cara yang benar, sehingga diri kita menjadi lebih baik lagi? Apa indikator yang harus diukur?

Memodifikasi dari tulisan Denny Santoso mengenai aset yang bisa kita miliki, ada tiga parameter yang bisa kita ukur.

1. Berapa skill atau pengetahuan baru yang dimiliki?
Apakah kita menguasai suatu skill baru yang terkait dengan hobi atau pekerjaan kita? Apakah kita berhasil memperdalam skill yang sudah kita miliki? Berapa banyak buku yang kita baca? Berapa banyak pelatihan yang kita ikuti?

2. Berapa karya yang dihasilkan dan apa dampaknya bagi orang lain?
Dalam pekerjaan, berapa banyak proyek yang berhasil kita selesaikan? Apa saja tantangan pekerjaan yang sudah berhasil kita lalui dengan sukses? Kalau kita hobi menulis, berapa tulisan yang sudah dibuat? Untuk YouTube filmmaker, berapa film yang telah diupload? Apa kontribusi yang kita berikan pada komunitas atau lingkungan di sekitar kita, baik di lingkungan rumah, sekolah/kampus/kantor?

3. Berapa network baru yang mengenal diri kita?
Berapa banyak kita mengenal orang-orang baru? Berapa banyak kita bersilaturahmi ke kenalan-kenalan lama, atau sahabat-sahabat kita, atau senior dan guru-guru kita? Seberapa sering kita melakukan lunch/dinner meeting dengan kenalan baru kita? Berapa banyak kita bergabung di komunitas baru?

Kalau dalam satu tahun ketiga hal ini tidak berkembang, berarti ada yang salah dengan cara kita memanfaatkan waktu kita. Setiap orang di dunia ini punya waktu yang sama, 24 jam, dan orang yang lebih sukses mampu mengoptimalkan waktu yang mereka miliki untuk mengembangkan tiga hal ini.

Fokuskanlah setiap aktivitas yang kita jalani dan waktu yang kita habiskan untuk mengembangkan ketiga hal ini: skill, karya, dan network.

Karena kita pasti akan mati, kita harus meninggalkan bekas yang bermanfaat bagi dunia ini. Supaya di alam setelah mati nanti, kita akan ditolong oleh karya-karya bermanfaat yang telah kita tinggalkan. Ayo semangat jadi orang yang selalu, selalu, dan selalu lebih baik lagi! 🙂


Photo Credit: photographer padawan *(xava du) via Compfight cc

Join the Conversation

1 Comment

Leave a comment

Leave a Reply

%d bloggers like this: