Tukang Ojek

5035393713_3bb9bf0c23_b
Tukang ojek pangkalan (ilustrasi) (foto CC/Mike Vidal) 

Saya punya ojek pangkalan langganan di seberang kantor. Saya biasa naik mereka untuk menuju Stasiun Tanah Abang, dengan ongkos Rp. 15.000. Di tengah serbuan ojek online, mereka masih setia jadi ojek pangkalan. Kita saling mengenal, saya hampir kenal nama mereka semua karena memang cuma ada 5 orang.

Sesorean di suatu hari di September, hujan turun sangat deras di sekitar kantor. Dari lantai 21 tempat saya bekerja, saya tidak bisa melihat apapun saking derasnya. Beruntung, saat maghrib hujannya berhenti, sehingga saya bisa pulang.

Seperti biasa, ojek langganan sudah menanti. Saya naik salah satu dari mereka, biasanya dipanggil Arul atau Nasrul. Dia termasuk yang paling seiring saya tumpangi, dan sambil 5 menit perjalanan itu kita memang biasa ngobrol tentang anak dan keluarga. Saya tahu anaknya masih 2 tahun, rumahnya di belakang pangkalan ojek, mertuanya tinggal di Kampung Melayu, dan dia punya sakit maag akut.

Sore itu, dia cerita, “bro, dari jam 4 tadi kita keluar, gw baru pecah telor nih sama lo. Karena hujan tadi jadi kita ga bisa narik. Baru Pak Udin, gw, dan Wai yang udah pecah telor. Si A & B (tiba2 saya lupa namanya) belum sama sekali.”

Deg. Gusti, karena hujan tadi, mereka jadi ga bisa narik dan dapet penghasilan. Di sisi lain, gw bisa kerja dengan nyaman meski hujan atau panas sekalipun. Bahkan kalau saya tidak bekerja karena cuti atau sakit, saya masih bisa dapet gaji.

Saat turun, saya kasih dia selembar 20 ribu, sambil bilang, “bro, makasih yak. Ini kembaliannya ambil aja, mudah-mudahan dapet yang lebih banyak nanti.”

Saya ingat tatapan matanya menunjukkan kekagetan yang sangat, tapi sekaligus bahagia. Tatapan yang ga bisa saya lupakan, yang membuat saya merasakan dalam hati, “semoga Allah menguatkan punggung kita berdua ya bro, karena kita sama-sama berjuang nyari nafkah halal buat anak istri kita.”

Sebuah tatapan yang membuat saya amaaat bersyukur.

Jika kamu saat ini punya kemampuan atau pengetahuan yang bisa menghasilkan uang tanpa harus terhambat cuaca, bersyukurlah. Karena di luar sana ada mereka yang tidak bisa menghidupi anak dan istrinya saat hujan deras menerjang.

Bersyukurlah atas apapun yang kita miliki saat ini, karena di luar sana ada orang yang ingin merasakan seperti apa rasanya seberuntung di posisi teman-teman.

Photo Credit: Mikel Vidal via Compfight cc

Join the Conversation

2 Comments

Leave a comment

Leave a Reply

%d bloggers like this: