Ditutupnya Salah Satu Chapter Bisnis dalam Hidup Gw, Namanya Univind

image

Teman-teman yang kenal gw pribadi, atau yang membaca blog gw dari lama, mungkin tahu kalo gw beserta sahabat dan partner gw Kamal dan yang lain jg, punya usaha web consultant bernama Univind. Di tulisan ini, gw mau cerita kalo Univind udah berakhir sejak Mei 2011, .dibubarkan oleh kami-kami para pemiliknya. Haa, apaaa? Kok bisa?!

Tenang-tenang, ga ada masalah kok. Kita ngebubarin dengan sadar dan sepenuh hati, karena setelah jalan lebih dari 5 tahun, kita sadar bahwa bisnis web consultant bukan merupakan passion kita. Oke, diceritain lebih lengkap ya..

Usaha ini dimulai waktu kita semester dua, dulu cuma sampingan kuliah aja. Beberapa cerita saat gw ngejalanin Univind selama kuliah bisa dibaca di sini (ini waktu pertama ngediriin, masih pake nama cupu haha), proyek pertamanya di sini & di sini, tentang kegagalan di sini.

Lalu setelah lulus dari kampus di akhir 2009, gw dan Kamal nerusin fulltime di Univind, nggak kerja di mana-mana. Bener-bener modal nekat aja kita waktu itu, karena kita ngerasa jiwa muda kita adalah jiwa pengusaha, ga pengen kerja ama orang.. Bahkan dari mulai fulltime sejak Oktober 2009, baru Februari 2011 kita bisa gajian, itu pun jauh di bawah standar teman-teman kita sesama sarjana. Ga ada masalah, kita seneng banget ngejalaninnya kok, emang nggak ngejar duitnya..

Bisnis inti Univind adalah web consultant, ngebantu perusahaan atau institusi buat bisa eksis di Internet. Kita juga punya satu unit bisnis penyedia jasa hosting dan domain bernama NeoHoster. NeoHoster ini tadinya adalah bisnis pribadi salah satu owner-nya Univind, namun sejak 2008 jadi digabung di bawah Univind karena klien yang makin banyak.

Kantor Univind itu rumah kontrakan sederhana di gang pinggir Margonda, Depok. Dengan sewa 10jutaan per tahun, dua kamar (satu dipake buat nginep Kamal dan dua yg lain), Univind berjalan tanpa izin atau badan hukum/usaha resmi. Ga ada PT/CV, hehe..

Singkat cerita, selama ngejalanin kantor sendiri di Univind itu kita ngerasain banyak pengalaman dan pembelajaran bisnis baru yang sebelumnya ga pernah didapet. Bener-bener seneng deh pokoknya!

Kalo dulu (waktu ngejalanin Univind sambil kuliah) kita udah biasa ngasih quotation (penawaran) ke perusahaan, dateng ke sana buat nawarin, sama ngerjain, ngetraining, dan sejenisnya, waktu fulltime kita bener-bener ngerasain naik dan turunnya punya usaha sendiri.

Dari gajian harus ditunda, ngedahuluin ngegaji tim kita dulu karena cashflow lagi seret, proyek dibatalkan klien karena pengerjaan pernah berlarut-larut, ngebaca laporan keuangan dan bikin rencana bulan berikutnya, wawancara buat anggota tim baru, disuntik dana oleh investor (dosen sendiri), bikin acara seminar, bikin rencana pemasaran, urusan server crash ampe dikomplen klien, senengnya dapet proyek yang nilainya gede (tapi dibatalkan klien hahaha), dan masih banyaak lagi, yang amat berharga dan seru banget.

Tapi akhirnya, kita ngerasain, kok bukan seperti ini ya bisnis yang kita mau jalanin. Kita sebenernya pengeen banget punya produk sendiri yang bisa menghasilkan pendapatan buat kita, bukan terjebak dalam siklus ada tawaran proyek – ditindaklanjuti, bikin penawaran – diterima, dapet DP – rapat penentuan rancangan – eksekusi, bikin websitenya – revisi dan feedback – selesai, terus training – dapet pelunasan. Terlalu rutin dan akhirnya membuat kita udah ga antusias lagi.

Kita pengen banget ngembangin produk sendiri, kalo cuma ide sih udah ada beberapa. Tapi masalahnya, kalo mau ngembangin produk itu, kita ga bisa dapet penghasilan. Kita butuh proyek, paling penting buat ngebayar tim yang udah kerja sana kita. Bisa aja sih kita nyari investor buat ngembangin produk, tapi karena kita aja ga fokus dengan produk, gimana bisa dapet investor?

Akhirnya, setelah dipikirkan berbulan-bulan, pada awal 2011 kita (rapat pemilik) mengeluarkan keputusan tersulit sekaligus terbaik untuk membubarkan Univind. Setelah persiapan sana-sini, kita memilih April 2011 sebagai bulan terakhir Univind – NeoHoster kita jalankan.

Keputusan ini dirahasiakan ke semua anggota tim kita hingga satu bulan sebelumnya, kita ga mau mereka terdemotivasi karena keputusan manajemen (soalnya gw dan Kamal pun juga udah ga fokus lagi ngerjain kerjaan2 tersisa, dan ga mau nyari proyek baru lagi).

Saat menjelang pembubaran, kita punya 8 orang di tim. Terdiri dari manajemen 3 orang, yaitu 3 dari 6 pemilik Univind (dua fulltime, gw dan Kamal, satu lagi manajernya NeoHoster, tapi ga fulltime), satu orang Developernya Univind, fulltime (yang belakangan menjadi pasangan hidup gw, hehe), tiga orang fulltime Customer Support-nya NeoHoster, serta akuntan yang setiap bulan membuat laporan keuangan kita, tapi dia masih kuliah di FE.

Pertanyaan berikutnya, mau dikemanain 5 orang tim kita ini setelah Univind ga ada? 3 orang manajemen ini sih ga usah dipikirin soalnya, hehe.. Satu orang yang masih kuliah ga ada masalah, dia tinggal kembali ke kampus aja. Satu orang developer itu udah diajakin kerja di perusahaan lain, punyanya mbak Ollie.

Tinggal tiga orang CS-nya NeoHoster, plus >1.000 kliennya. Masa dibiarkan begitu saja? Karena itulah, kita menjual 100% kepemilikan NeoHoster ke perusahaan hosting lain yang memang lebih besar dari NeoHoster, supaya NeoHosternya bisa berkembang, tim kita di sana tetep sejahtera, dan klien yang udah ada tidak terbengkalai.

Mengapa akhirnya Univind dibubarkan?
Bukan, ini bukan tentang frustasi mengapa tidak sukses-sukses (gw masih terus memegang prinsip ‘menunda kenikmatan’). Bukan juga karena bosen dan menyerah (5 tahun ngejalanin ini, kalo bosen ya udah dari awal-awal menyerah). Apalagi, bukan pula karena sudah tidak ingin menjadi pengusaha lagi..

Apakah dengan selesainya Univind, kita bisa disebut gagal? Terserah kalo mau nyebut kita gagal, tapi kita ga ngerasa gagal sama sekali..

Ini tentang menemukan dan menjalani passion. Dalam proses pencarian passion, kita bisa mencoba banyak hal, melanjutkan apa yang sangat kita sukai dan merasa bermakna, dan menghentikan apa yang ternyata bukan hal yang kita sukai.

Di Univind, gw pribadi dapet kesempatan sangat emas untuk mengeksplorasi passion gw di bidang web dan digital. Dan lewat Univind pula, gw jadi tahu bahwa dari luasnya dunia teknologi web dan digital, menjadi web consultant bukanlah jalan mengikuti kata hati kita.

Dan menghentikan Univind merupakan keputusan terbaik buat semua stakeholder Univind, khususnya bagi gw dan Kamal. Passion kita tetap sama, yaitu menjadi pengusaha, khususnya dalam bidang Internet. Namun caranya tidak dengan seperti yang kita jalanin di Univind.

Waktu dulu kuliah, gw ga pernah ngebayangin Univind bakal bubar (tim Univind juga ga pernah), karena kita selalu bermimpi, diinspirasi oleh Kamal, bahwa kita bisa menjadi perusahaan besar yang mendunia.

Tapi, Univind ternyata memang hanya alat/sarana dalam menjalankan passion dan mencapai tujuan. Dan itulah yang kita lakukan, berhenti menggunakan sarana yang satu, dan beralih ke sarana yang lain. Nothing personal, no hard feeling.

Setelah Univind bubar, gw menjalankan hidup yang benar-benar baru. Bidangnya tetep sama, tidak jauh dari dunia digital dan Internet, tulis menulis dan ngeblog. Insya Allah, di tulisan berikutnya bakal cerita.

Selama kita masih hidup, ditutupnya suatu chapter selalu dilanjutkan dengan terbukanya chapter yang baru lagi, betul kan?

Jadi, mari jalani chapter-chapter berikutnya dalam hidup dengan penuh semangat! πŸ™‚

Join the Conversation

15 Comments

  1. Kak Ilman,

    salut banget. Saya rasa it was a very brave decision. And also to get out from your comfort zone. Chasing you passion. πŸ™‚

    Saya udah sempet denger akhirnya univindnya dijual, tapi baru baca latar belakang dan alasannya. πŸ™‚

    Anyway, goodluck untuk apapun yang sedang dijalankan sekarang. semoga lancar dan dimudahkan πŸ™‚

  2. Very inspiring mas!

    Ini bkn kegagalan mas, anda sudah berhasil, dan anda mencari
    Kegagalan lain tuk mencapai keberhasilan lainnya!

    Saya kagum atas kesempatan yg anda miliki, pengalaman
    Yang anda raih, serta kegagalan yang didapat sekaligus
    Keberhasilan yang dicapai.

    Saya tunggu kisah anda pada chapter selanjutnya,
    Trims sudah sharing selama ini.

    Sukses mas!

Leave a comment

Leave a Reply

%d bloggers like this: